Adolf Dassler, Tokoh Penemu Sepatu Sepak Bola

15 Desember 2020, 14:10 WIB
Adolf Dassler, Tokoh Pembuat Sepatu Bola //https://www.gameplan-a.com//https://www.gameplan-a.com/

 

Cianjurpedia.com - Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Peribahasa yang memiliki arti karakter atau tingkah laku seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan orangtuanya ini menggambarkan diri Adolf Dassler, pria kelahiran Jerman, 3 November 1900. 

Christoph, ayah dari Adolf Dassler, adalah seorang pekerja di sebuah pabrik sepatu. Ilmu yang didapat selama bekerjanya pun ditularkan kepada anaknya.  Saat Adolf remaja, Christoph sering Adolf Dassler membuat sepatu. Apa yang diajarkan ayahnya itu ternyata membuat Adolf Dassler mengikuti jejak sang ayah.

Pada 1920, di ruang cuci milik ibunya, pria yang lebih dikenal dengan nama Adi Dassler ini pun mencoba bisnis kecil-kecilan dengan membuat sepatu olahraga. Tak disangka, karyanya tersebut mendapat respons yang cukup baik dari para pembeli. Kualitas sepatu yang dihasilkannya memuaskan sehingga bisnis kecil-kecilannya ini membuahkan hasil dan terus berkembang. Akhirnya, bersama saudaranya, Rudolf Dassler, ia mendirikan pabrik sepatu yang diberi nama Dassler Brothers Shoe Factory.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat, Selasa 15 Desember 2020

Adi Dassler bertekad untuk menciptakan sepatu berkualitas tinggi bagi atlet Jerman dan seluruh Eropa, karena puluhan tahun sebelumnya, para pemain sepak bola di Inggris menggunakan sepatu kerjanya untuk bertanding. Sepatu kerja yang disulap menjadi sepatu sepak bola itu berbahan kulit keras dan berat. Di ujung sepatunya terdapat pelat baja, sedangkan bagian bawah sepatunya menggunakan bahan dari baja yang ditancapkan atau menggunakan paku payung agar tidak licin. Hal ini sangat berbahaya dan bisa membuat cedera para pemainnya.

Oleh sebab itu, Adi Dassler terus mencoba membuat sepatu olahraga yang nyaman dan dapat meningkatkan performa para pemainnya. Pada 1925, Adi Dassler membuat sepatu yang memiliki alur pada telapaknya. Sepatu kreasinya ini diperkenalkan pada Olimpiade 1928 di Amsterdam. Lalu, pada Olimpiade 1936 di Berlin, atlet Amerika Serikat, Jesse Owens, meraih emas karena memakai sepatu karya Adi Dassler. Kualitas yang diberikan Dassler bersaudara ini membawa keduanya sebagai produsen sepatu berkualitas tinggi sehingga sering dipakai oleh atlet-atlet legendaris kala itu.

Namun sayang, pada 1948, karena suatu alasan, keduanya terlibat perseteruan dan memutuskan untuk berpisah. Mereka pun membuat perusahaan dan merek sepatu sendiri. Adi Dassler mendirikan perusahaannya dengan nama Adidas, yang diambil dari singkatan namanya, sedangkan Rudolf mendirikan perusahaan bernama Puma.

Logo pertama merk sepatunya itu hanya berupa tulisan Adidas dengan nama Adolf Dassler di atasnya, serta ilustrasi sepatu pada bagian tengahnya. Dengan merek ini, sepatu buatan Adi Dassler mencapai titik kesuksesannya. Sepatu buatannya itu melanglang buana di ajang pesta olahraga dunia, seperti Olimpiade Helsinki, Melbourne, Roma, dan lainnya. 

Baca Juga: Hasil Perhitungan Suara Sementara KPU Pilkada Kabupaten Tasikmalaya Pukul 06.00 WIB

Pada 1953, sepatu sepak bola dengan pul berteknologi sekrup gagasan Adi Dassler pun dipakai oleh tim nasional Jerman di Piala Dunia 1954 di Swiss. Konon, sepatu karyanya itu disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama Jerman bisa menjuarai turnamen akbar tersebut.  Sesaat sebelum final Piala Dunia 1954, hujan deras mengguyur stadion sehingga memengaruhi kondisi lapangan. Beruntung, Jerman yang kala itu melawan tim dari Hongaria mengenakan sepatu Adidas yang sudah dilengkapi dengan pul berteknologi sekrup.

Tim Hongaria yang tidak menggunakannya, tidak mampu mendapatkan daya cengkram yang baik di lapangan seperti tim Jerman. Akhirnya, tim Jerman menang 3-2 dan menjadi juara dunia sekaligus mendapatkan trofi Piala Dunia pertamanya.

Sepatu karya Adi Dassler pun semakin dikenal banyak orang. Ia memiliki sekitar lebih dari 700 hak paten berkait dengan sepatu olahraga. Hingga pada 5 September 1978, Adi Dassler meninggal dunia. Perusahaannya pun diambil alih oleh anak dan istrinya. Namun, hingga kini merek sepatunya masih tetap dipakai dan dipercaya oleh para atlet dan pengguna lainnya.

Setelah bertahun-tahun berjaya dan mengalami banyak rintangan dalam mengembangkan usahanya, pada 1996, Adidas mengalami modernisasi dengan menerapkan konsep “We knew then we know now”. Konsep itu menggambarkan kesuksesan masa lalu dan kejayaan hingga kini. Logonya juga berubah menjadi tiga balok miring yang membentuk tanjakan, yang menggambarkan kekuatan, daya tahan, serta masa depan.

Baca Juga: Pasangan No 3 Masih Unggul di Hasil Perhitungan Suara Sementara KPU Pilkada Kab Bandung Pagi Hari

Sampai sekarang, perusahaan yang didirikan Adi Dassler tersebut menjadi salah satu pemasok sepatu atletik terbesar di Eropa. Pada 1994, penjualannya bahkan mencapai tiga miliar dolar. Berkat kerja kerasnya sejak dulu, kini produk dari perusahaannya menghiasi banyak toko sepatu di berbagai belahan dunia.***

Editor: Sutrisno

Tags

Terkini

Terpopuler