B.J. Habibie, Mr Crack Ahli Retakan Pesawat

- 8 Oktober 2020, 14:10 WIB
B.J. Habibie
B.J. Habibie /PIKIRAN-RAKYAT.COM

Cianjurpedia, B.J. Habibie lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936, merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Para ahli dirgantara mengenal apa yang disebut Teori Habibie, Faktor Habibie, Fungsi Habibie. Fungsi, hukum, atau faktor ini berhubungan dengan perambatan retak pada logam.

Bacharuddin Jusuf Habibie meraih medali penghargaan ”Theo­dore van Karman”, dari International Council of The Aeronautical Sciences (ICAS) saat kong­res ke-18, di Beijing, Cina, 24 September 1992. Anugerah bergengsi tingkat internasional tempat be­rkumpul­nya pakar-pakar terkemuka kons­truksi pesawat terbang.

Sebuah metode yang belum pernah ada sebelumnya yang memprediksi secara detil perambatan retak, de­ngan menghitung tegangan-tega­ngan sisanya. Habibie juga dikenal sebagai ”Mr. Crack” karena keahliannya menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. 

Baca Juga: Abbas Qasim Ibnu Firnas, Peletak Dasar Konsep Pesawat Terbang


Dalam Buku Elementary Engineering Fracture Mechanics, David Broek menulis: Habibie mengusulkan suatu prosedur yang mampu memprediksi dengan baik hasil simulasi terbang sebuah pesawat oleh Schijve. Basis dari bidang yang spesifik ini kemudian dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah struktur (salah satunya) pesawat terbang.

Beberapa metode integrasi tersedia, di mana efek retardation diperhitungkan dengan cara yang semi empiris. Metode Habibie ini mirip dengan metode yang diusulkan Wheeler. Meskipun sepertinya, metode Wheeler lebih baik dalam memformulasikan zona plastis di ujung retak.
Ketika teori kelelahan dikembangkan tahun 1950-an, Habibie mengeluarkan juga metodenya tahun 1971.

Salah satu metodenya diajarkan di Massachusetts Institute of Technology untuk memprediksi perambatan retak. Sebelum titik crack bisa dideteksi secara dini, diantisipasi terlebih dahulu kemungkinan muncul keretakan konstruksi dengan cara meninggikan faktor keselamatannya (SF). Retak yang terjadi di pesawat terbang bisa saja diakibatkan oleh jalan di landasan, take off, menanjak, cruise, menurun, landing, dan parkir. 

Baca Juga: Eddie van Halen Meninggal Dunia


Faktor Habibie bisa meringankan operating empty weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) hingga 10 persen dari bobot sebelumnya. Bahkan angka penurunan ini bisa mencapai 25 persen setelah Habibie menyusupkan material komposit ke dalam tubuh pesawat. Misalnya dengan memilih campuran material sayap dan badan pesawat yang lebih ringan. Porsi baja dikurangi, aluminium makin dominan dalam bodi pesawat terbang.

Halaman:

Editor: Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x