Normalkah Flexing di Media Sosial? Ini Kata Pakar Psikologi, Simak Agar Tak Terjebak

- 13 Agustus 2024, 12:00 WIB
ilustrasi flexing.
ilustrasi flexing. /Pixabay

Cianjurpedia.com - Flexing kini tengah menjadi isu yang sedang banyak dibahas di kalangan masyarakat, terutama warganet. Istilah flexing digunakan untuk menggambarkan perilaku berlebihan dalam menunjukkan suatu pencapaian keberhasilan, prestasi, kebahagiaan, hingga gaya hidup mewah.

Flexing merupakan upaya seseorang untuk mencari pengakuan dan validasi dari orang lain. Secara lebih spesifik, istilah flexing sering digunakan untuk perilaku pamer yang dilakukan di media sosial. Contoh yang sering ditemui seperti memamerkan barang branded, membagikan foto rumah atau kendaraan mewah, hingga aktivitas liburan ke tempat-tempat eksotis di luar negeri.

Namun, lebih dari sekadar memamerkan harta atau prestasi, di balik kebiasaan ini tersimpan kompleksitas psikologis yang menarik untuk dibahas.

Melansir dari laman web ANTARA pada 25 Februari 2023, orang yang kerap menunjukkan perilaku flexing atau pamer kekayaan di media sosial, ternyata cenderung memiliki masalah insecurity (rasa tidak aman) dan self-esteem (merasa rendah diri). Hal tersebut disampaikan oleh Dicky Chresthover Pelupessy, seorang pakar psikologi sosial dari Universitas Indonesia.

"Sebenarnya kalau kita lihat dari kacamata psikologis, di situ ada problem dengan self-esteem orang tersebut. Ada problem dengan rasa aman, rasa nyamannya, jadi ada insecurity yang kemudian dia cari kompensasinya," ujar Dicky menjelaskan.

Baca Juga: 10 Sayuran yang Ampuh Mengusir Stres dan Meningkatkan Suasana Hati, Nomor 4 Sering Dijadikan Pelengkap Makanan

Setiap manusia pada prinsipnya memiliki self atau diri. Self merupakan karakter atau perilaku khas seseorang, yang membangun kesadaran tentang diri sendiri dan menjadi penggerak dari perilaku seseorang. Tetapi ketika kesadaran dan apresiasi terhadap diri sendiri rendah, maka orang tersebut pasti ingin mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain, bahwa dirinya lebih baik.

Namun masalahnya, orang-orang yang gemar flexing ini menganggap bahwa memamerkan apa yang mereka capai atau miliki, dapat menjadi kompensasi untuk mendapatkan pengakuan tersebut. Alih-alih mendapat pujian, perilaku ini justru dapat memicu reaksi negatif dari lingkungan sekitar.

"Dia berusaha mengompensasi dengan cara flexing. Dia pikir kalau: saya punya harta benda yang mahal, yang mungkin tidak semua orang bisa miliki, terbatas. Dia pikir itu akan membuat dia akan dinilai orang lebih baik dan lebih hebat. Kemudian nanti: saya akan mendapat sehingga saya merasa aman dan nyaman," kata Dicky.

Halaman:

Editor: Mayang Ayu Lestari

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Berita Pilgub