Bagai Dua Sisi Mata Uang, Tsunami Aceh 2004 dan Palu 2018 Ingatkan Sisi Baik FPI

- 9 Desember 2020, 12:10 WIB
Logo FPI.*
Logo FPI.* /Wawan S/

 

Cianjurpedia.com - Sejak kepulangan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab ke Indonesia pada 10 November 2020 lalu, FPI kembali menjadi sorotan media massa. Mulai dari ribuan anggota FPI yang menyambutnya di tengah pandemi Covid-19, pernikahan anaknya Najwa Shihab, hingga penurunan baliho Habib Rizieq yang dicopot oleh Pangdam Jaya.

Bahkan kabar terbarunya, enam orang laskar FPI tewas dalam bentrokan antara aparat kepolisian dengan pendukung FPI di kawasan tol Jakarta-Cikampek, Senin 7 Desember 2020 dini hari. Kabar tersebut tentunya kembali membuat suasana panas antara para pendukung FPI dan aparat kepolisian.

Seperti diketahui, pro dan kontra terkait FPI sudah lama terjadi. Beberapa pihak bahkan kerap menggaungkan suaranya untuk membubarkan FPI. Di saat sebagian besar orang mengecam aksi-aksi yang dilakukan FPI, media sosial malah dihebohkan dengan sebuah potongan video mengenai bencana gempa dan tsunami yang menimpa Aceh pada Desember 2004 silam.

Baca Juga: Hari ini 7 Artis Tanah Air Turut Bertarung di Pilkada Serentak 2020

Dalam potongan video tersebut terlihat Imam Besar FPI Habib Rizieq sedang mengangkat sebuah mayat dalam tragedi tsunami yang terjadi di Aceh pada Desember 2004. Tak hanya itu, tampak masyarakat dan relawan FPI turut mengangkat jenazah para korban.

Hal tersebut juga sempat dibahas oleh Hersubeno Arief lewat dua video yang diunggahnya melalui kanal Youtube miliknya, Hersubeno Point pada 27 dan 29 November 2020. Kedua video tersebut diberi judul “Jenderal TNI Gatot Nurmantyo: TNI Tidak Mungkin Memusuhi FPI” dan “Dr Dipo Alam: Sampai Kapan Kita Harus Sabar Hadapi Pemerintah?”.

Hersubeno dalam videonya mengungkapkan, bahwa ia melihat secara langsung sisi baik FPI pada saat bencana tsunami yang menimpa Aceh di tahun 2004.

“Pada waktu bencana tsunami di Aceh saya sendiri menyaksikan bagaimana Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab turun langsung bersama para relawan. Dan pada waktu itu dia tidur di kuburan Belanda. Jadi di kuburan Belanda itu banyak makam yang besar-besar, dan Habib Rizieq Shihab bermalam di salah satu pemakamannya,” kata Hersubeno.

Melalui unggahan videonya juga, ia mewawancara mantan sekretaris kabinet era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dipo Alam. Dipo mengatakan, saat hari ke-4 pasca tsunami Aceh, ia mengunjungi kota Serambi Mekah itu.

Ia mengungkapkan, dirinya menyaksikan langsung dengan mata kepalanya sendiri bahwa yang ada di Aceh hanyalah anggota FPI bersama TNI. Bahkan, mereka mengangkut ribuan mayat ke dalam truk untuk dibawa ke pemakaman.

Baca Juga: Setan Merah Tersingkir dari Liga Champions di Kandang RB Leipzig

“Saya enggak melihat tuh ada parpol baju merah, baju kuning, baju hijau yang turun. Yang saya lihat hanya FPI. Mereka membantu TNI menguburkan sama-sama. Saya juga melihat mayat-mayat mengambang, tersangkut di bawah jembatan,” ungkapnya.

Dipo yang melihatnya merasa salut terhadap FPI, "mereka tidak kenal lelah dan tidak takut melihat ribuan mayat bergelimpangan," lanjut Dipo.

Selain tsunami Aceh 2004, Hersubeno juga kembali mengingatkan kiprah FPI dalam bencana tsunami yang menimpa Palu pada 2018 lalu.

"Kiprah FPI di daerah bencana ini bahkan kemudian menjadi sorotan dari media-media massa internasional," kata Hersubeno.

Pada Juni 2019, media asal Amerika Serikat, Washington Post mengunggah sebuah artikel yang berjudul "When Disaster Hits, Indonesia’s Islamists are First to Help" (Ketika Bencana Melanda, Kelompok Islamis Indonesia Yang Pertama Membantu).

Baca Juga: 6 Anggota FPI Tewas Saat Bentrok Dengan Aparat Kepolisian di Tol Cikampek

Artikel yang ditulis Stephen Wright ini sebagian isinya menceritakan tentang korban bencana gempa dan tsunami Palu, bernama Anwar Ragaua.

Anwar yang berusia 50 tahun ini adalah satu-satunya nelayan yang selamat saat tsunami melanda ibukota Sulawesi Tengah pada 28 September 2018. Wright menuliskan kalau Anwar tidak mau menurunkan bendera FPI meski sudah diperingatkan polisi.

Sebab menurut Anwar, saat itu tidak ada polisi dan pemerintah yang membantu evakuasi di daerahnya. Organisasi-organisasi bantuan juga tidak sampai ke tempatnya yang merupakan daerah terpencil. Sebaliknya, pihak pertama yang menolongnya adalah FPI. Bahkan FPI turut menyerahkan kapal baru untuknya kembali melaut.

Baca Juga: Lima Hal Penting yang Harus Dilakukan Saat Isolasi Mandiri di Rumah

Seperti diketahui, FPI turut berperan dalam mengevakuasi korban gempa dan tsunami Palu 2018 yang menewaskan lebih dari 4.000 jiwa. Mereka membantu pencarian korban, mendistribusikan bantuan ke daerah pelosok, dan membangun perumahan sementara dan masjid baru.

FPI ibarat dua sisi mata uang, ada yang melihatnya positif dan juga negatif, tergantung sudut pandang seseorang menilainya.***

 

 

 

Editor: Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah