Dia menjelaskan bahwa dia merasa bersalah kepada anak ke-5 nya itu. Ia pun merasa bahwa lebih menunggu, merawat, dan menyayangi empat anak lainnya yang telah lahir terlebih dahulu dibandingkan anak terakhirnya.
Wanita yang sekarang menetap di Kota Malang ini mengaku saat mengandung anak ke-5, ia sibuk bekerja dan memeriksa kehamilannya hanya jika ada waktu luang saja. Bahkan ketika pergi bekerja pun dia menggunakan kendaraan roda dua.
Penulis novel “Layangan Putus” ini pernah menyalahkan diri sendiri saat kehilangan anak terakhirnya dan merasa takabur.
Ia mengatakan, “Yang pertama itu memang caesar, yang kedua jarak 19 bulan itu normal, 3,4 normal semua. Jadi 2,3,4 itu normal.”
Saat memeriksakan kehamilan anak ke-5 pun ia masih percaya diri bahwa akan melahirkan secara normal.
Ketika memasuki hari H, dia mengaku sering berkeliling mall. Saat pulang ke rumah, ternyata air ketubannya pecah dan ia pun bergegas ke rumah sakit.
Semuanya berjalan seperti proses kelahiran normal biasanya. Bahkan ketika sampai pembukaan 10, ia sempat mengejan. Akan tetapi, saat proses mengejan ia merasa ada yang tidak beres.
“Ternyata itu mungkin rupture. Rahimnya rupture. Terus pendarahan, terus hilang kesadaran,” ungkapnya.