Network
Cianjurpedia.com - Cikal bakal Pasar Baru tak bisa lepas dari Pasar Ciguriang (Tjigoeriang) yang dahulu terletak tak jauh dari Pendopo atau sekarang kawasan perbelanjaan Kings di Jalan Kepatihan. Pasar tertua di Bandung ini pun selalu dikaitkan dengan peristiwa huru hara Munada yang terjadi pada 30 Desember 1842, hingga terbakarnya Pasar Ciguriang sampai luluh lantak.
Peristiwa Munada terjadi setelah ada kejadian penyelewengan uang alat transportasi kereta angkutan yang dipercayakan kepada Munada. Ia adalah seorang keturunan Cina Muslim asal Kudus yang bekerja pada Nagel, seorang asisten residen saat itu.
Munada yang memiliki sifat buruk dengan mengkhianati kepercayaan Nagel dengan menyelewengkan dana tersebut membuatnya dipenjara. Merasa tidak terima dengan perlakuan Nagel, selepas dari penjara Munada membuat kekacauan di Pasar Ciguriang dengan membakarnya.
Baca Juga: Gereja Bethel, Gereja Protestan Tertua di Kota Bandung
Kekacauan dibuat untuk memancing Nagel mendekati Pasar Ciguriang. Lalu Munada pun dengan leluasa melukai Nagel hingga tewas. Pasar Ciguriang yang sudah berdiri sejak 1812 ini pun rata dengan tanah setelah terbakar.
Akibat peristiwa huru hara Munada ini, para pedagang Ciguriang ini tercerai-berai. Untuk menampung para pedagang Ciguriang, maka pada tahun 1844 dibuatlah di sisi barat kawasan Pecinan, yakni di lokasi Pasar Baru sekarang (dahulu Pangeran Sumedangweg).
Pada tahun yang sama, di sekitaran lokasi Pasar Baru ini juga sudah ada beberapa usaha perdagangan yang berdiri. Namun, saat itu belum ada bangunan permanen yang dapat menampung para pedagang Ciguriang. Baru pada tahun 1906 mulai didirikan bangunan semi permanen. Di bagian depan dibangun jajaran pertokoan, sementara di bagian belakangnya terdapat los-los pedagang.
Bangunan Pasar Baru pun menjadi permanen pada tahun 1926. Perombakan dilakukan agar para pedagang lebih teratur dengan lokasi yang lebih luas. Bangunan Pasar Baru pun memiliki kekhasan yang sayangnya sekarang sudah tidak lagi meninggalkan jejak.
