Kisah Wajit Cililin, Bandung, Berawal Dari Iseng Hingga Jadi Makanan Elite Khas Menak Sunda

- 27 Januari 2022, 10:22 WIB
Wajit Cililin, Kabupaten Bandung, Makanan Elite Khas Menak Sunda
Wajit Cililin, Kabupaten Bandung, Makanan Elite Khas Menak Sunda /Titan Firman/Pamong Budaya Balai Pelestraian Nilai Budaya Jawa Barat

 

Cianjurpedia.com - Di sepanjang pinggir jalan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, puluhan pedagang menjajakan wajit di kiosnya. 

Wajit menjadi salah satu oleh-oleh wajib manakala kita berkunjung ke daerah ini. Rasanya yang manis dengan tekstur yang unik, menjadikannya salah satu primadona kuliner Kabupaten Bandung Barat. 

Sebelum ramai pengusaha wajit seperti sekarang, ternyata kudapan khas Cililin ini mengalami periodisasi sejarah yang cukup panjang.

Syamsul Ma’arif sebagai generasi keempat keturunan ibu Juwita mengisahkan bahwa camilan manis ini pertama kali ditemukan oleh Juwita dan Uti pada sekitar tahun 1916. 

Baca Juga: Jadwal Vaksin Booster Kota Malang Hari Ini, Kamis 27 Januari 2022, Ada di 3 Lokasi

Mulanya, Juwita ingin membuat penganan berbahan dasar ketan, selain ulen. Kemudian, muncul ide untuk membuat olahan ketan dengan gula aren. 

Sebelum dikenal dengan wajit, penganan ini disebut sebagai ‘ketan anu amis’ atau ketan yang manis. Bahan dasar untuk membuat wajit berasal dari ketan yang diproduksi penduduk sekitar, dan gula aren yang diproduksi di daerah Gunung Halu. 

Sementara untuk gula putih, mereka menggunakan gula yang beredar di pasaran ketika itu. Alat-alat yang digunakan pun cukup sederhana.

Ketan yang manis ini pada awalnya hanya dikonsumsi oleh sendiri dan tetangga. Karena salah satu tradisi masyarakat setempat, selalu berbagi makanan dengan tetangga. 

Tak disangka masyarakat suka dengan camilan manis bertekstur kering di luar, namun basah di dalam ini. Akhirnya ketan manis tersebut banyak dihidangkan dalam acara-acara besar seperti khitanan dan hajatan.

Baca Juga: Bikin Heboh! Warga Sekampung di Bandung Mendadak Kaya, Diduga Ikut Pesugihan Nyi Roro Kidul

Lambat laun kepopuleran si ketan manis ini tidak hanya popular di warga Cililin. Namun, penduduk dari luar pun senang dengan penganan ini. 

Bahkan menurut Syamsul Ma'arif, mengatakan bahwa awal mula sebutan wajit berasal dari orang Jawa yang mencicipi ketan manis tersebut. 

Di Jawa kudapan ketan manis ini disebut ‘wajik’, namun karena pelafalan orang Cililin yang mayoritas beretnis Sunda, memanggilnya dengan sebutan ‘wajit’.

Sekitar tahun 1920-an kepopuleran wajit kian santer di masyarakat Cililin, berkat promosi tidak langsung, dari mulut ke mulut. 

Fenomena ini direspon oleh Juwita dan Uti, untuk mulai menjual wajit temuannya. Wajit pun semakin populer dan tak pernah absen dari acara-acara besar. 

Baca Juga: Ramalan Zodiak Pisces Hari Ini, Kamis 27 Januari 2022, Jangan Mudah Memberi Pinjaman Uang Kepada Orang Lain

Rasanya yang pas di lidah setiap orang, membuat wajit menjadi salah satu kuliner menak. Biasanya para menak menyantap wajit ditemani dengan teh pahit.

Lebih jauh, Syamsul mengisahkan jika kepopuleran wajit sampai ke telinga kolonial Belanda. Dan kolonial Belanda cukup menyukainya, bahkan wajit sempat dibatasi peredarannya di masyarakat. 

“Wajit sempat menjadi penganan istimewa, mungkin karena bahan dasarnya berasal dari beras ketan. Di mana komoditas ini menjadi salah satu komoditas berharga saat itu”, ucap Syamsul.***



Editor: Mayang Ayu Lestari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x