Cianjurpedia.com – Fenomena flexing atau “pamer kekayaan” sedang ramai diperbincangkan. Apalagi setelah dua orang affiliator yang ditangkap oleh polisi, Indra Kenz dan Doni Salmanan.
Mereka kerap melakukan flexing di akun sosial media. Dan tak sedikit orang yang mengatakan bahwa “pamer kekayaan” tersebut merupakan bagian dari marketing. Benarkah seperti itu?
Dalam alam acara PRMN Talk live di Instagram @pikiranrakyat, berjudul “Bongkar! Fenomena Kaya Asli & Palsu” pada Jumat, 18 Maret 2022, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof. Rhenald Kasali Ph.D mengatakan bahwa sering kali orang menilai harta merupakan cerminan keberhasilan seseorang.
“Sering kali harta itu dianggap sebagai cerminan dari keberhasilan. Oleh karena itu, kemudian ini menjadi alat marketing. Jadi mereka yang menawarkan jasa-jasa tertentu supaya orang percaya ya marketingnya begitu,” terang Prof.Rhenald Kasali.
Baca Juga: Guru Sertifikasi Kesulitan Login Info GTK 2022, Berikut Ini Penyebab dan Solusinya
Ia pun menambahkan bahwa penampilan yang menarik akan menjerat untuk mendapatkan orang lain.
Sebagai contoh, ia mengumpamakan seseorang sedang menghadapi masalah berat dan memerlukan jasa seorang pengacara. Ternyata kantor dari pengacara tersebut terletak di tempat yang kumuh, kondisi fisiknya tidak meyakinkan, serta hanya memiliki sedikit klien karena jarang menang.
Hal tersebut tentu akan membuat ragu orang yang memiliki masalah tersebut. Ia tentu akan mencari pengacara yang lebih meyakinkan, dengan penampilan yang menarik misalkan menggunakan perhiasan mencolok, jas yang memiliki merk, atau kantor yang terletak di lokasi yang elit.