Bandoengsche Melk Centrale, Tempat Pengolahan Produksi Susu di Bandung pada Masa Hindia Belanda

- 24 November 2020, 14:30 WIB
Bandoengsche Melk Centrale (BMC) Bandung
Bandoengsche Melk Centrale (BMC) Bandung /Facebook Bandoengsche Melk Centrale - BMC Resto

 

Cianjurpedia.com - Selama 75 tahun Indonesia merdeka, historis zaman kolonial Belanda masih terpatri di beberapa bangunan di seluruh Indonesia. Seperti halnya, Bandoengsche Melk Centrale atau lebih dikenal dengan BMC sebagai pusat pengolahan susu satu-satunya di Bandung bahkan di Hindia Belanda pada masa itu.

“Vergeet U niet, dat er in geheel Nederlandsch Oost-Indie slechst een Melk central is, en dat is de Bandoengsche Melkcentrale!” (Anda jangan lupa bahwa di seluruh Hindia Belanda ini hanya ada satu Pusat Pengolahan Susu dan itu adalah Bandoensche Melk Centrale). Demikian ungkapan yang dikemukakan oleh direktur BMC pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

BMC sendiri awalnya didirikan oleh orang-orang Boer (keturunan Belanda yang menetap di Afrika Selatan) pada tahun 1928. Orang-orang Boer yang dikenal memiliki keahlian dalam beternak sapi perah dan pengolahan susu ini ditawarkan untuk mengembangkan peternakan sapi di Hindia Belanda oleh pemerintah Hindia Belanda saat itu.

Baca Juga: Museum Anti Covid-19 dan Kampung Percontohan Anti Covid-19 di Wuhan

Kemudian, beberapa orang di antaranya mendirikan usaha peternakan sapi perah di Priangan, seperti Louis Hirschland dan Van Zijl. Kedua orang tersebut merupakan juragan sapi keturunan Boer yang memiliki andil besar dalam pendirian BMC, karena lahan yang digunakan untuk pendirian bangunan BMC adalah lahan milik mereka.  

Gedung BMC yang dibangun pada 1928 tersebut berhasil diselesaikan pada 1929 dengan gaya arsitektur Art Deco. Hingga kini, arsitektur bangunan BMC sama sekali tidak ada yang berubah karena pada akhir tahun 1980-an bangunan BMC dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya yang harus dipertahankan.

BMC merupakan tempat pengolahan produksi susu yang dihasilkan dari para peternak di Pangalengan dan Lembang. Setiap harinya didapatkan 13.000 liter susu dari 22 peternakan yang kemudian diolah dan dipasteurisasi. Fasilitas bangunan pengolahan susu ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi orang Belanda akan susu, dan kala itu pemerintah Belanda sempat mengeluarkan kebijakan mengenai pentingnya mengonsumsi susu seperti halnya orang-orang Eropa. 

Baca Juga: Bumi Sangkuriang, Markas Kalangan Menak yang Kini Bisa Dipakai Semua Kalangan

Setelah Indonesia merdeka, pada 17 Agustus 1957, turunlah aturan mengenai nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda. Maka, pengelolaan BMC diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan dikelola oleh Komando Daerah Militer (Kodam) III Siliwangi. Lalu, dua tahun kemudian diserahkan kepada Departemen Peternakan. Dan, pada tahun 1965 pengelolaan BMC diserahkan kepada Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat dengan nama Perusahaan Daerah Kerta Sari Mamin. 

Akibat modal kerja yang minim dan peralatan produksi yang banyak mengalami kerusakan, BMC sempat mengalami mati suri selama kurang lebih 20 tahun sejak tahun 1950-an. Akhirnya, pada 17 Juni 2002, singkatan BMC dipakai sebagai merek dagang Divisi Industri Makanan Minuman PT Agronesia dan mulai menggeliat bangkit kembali menjadi produsen susu serta bahan olahan berbasis susu.

Baca Juga: Eks. Pabrik Roti Valkenet di Bandung Kini Menjadi Hotel Mewah

Kini, BMC berkembang dengan menyajikan berbagai macam makanan mulai dari makanan khas Sunda, nasional hingga internasional. Salah satu menu andalannya adalah sop buntut. 

Di dalam restoran ini pun terpampang foto-foto Kota Bandung serta bangunan BMC tempo dulu untuk mengingatkan pengunjung pada masa lalu. Tak sedikit orang Belanda yang datang bernostalgia mengenang masa-masa indah mereka pada masa Hindia Belanda. Selain itu, mereka pun datang untuk mengetahui dan melihat-lihat sejarah BMC sebagaimana diceritakan oleh generasi sebelum mereka.***

Editor: Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah