Mengenal Tradisi Grebeg Besar Keraton Yogyakarta Sambut Idul Adha, Digelar Kamis, 29 Juni 2023

- 29 Juni 2023, 08:20 WIB
Mengenal Tradisi Grebeg Besar Keraton Yogyakarta Sambut Idul Adha, Digelar Kamis, 29 Juni 2023
Mengenal Tradisi Grebeg Besar Keraton Yogyakarta Sambut Idul Adha, Digelar Kamis, 29 Juni 2023 /ANTARA/Aris Wasita

 

Cianjurpedia.com - Keraton Yogyakarta akan melaksanakan Hajad Dalem Grebeg Besar pada hari ini, Kamis, 29 Juni 2023 pukul 10.00 WIB, berlokasi di Kagungan Dalem Masjid Gedhe. Gelaran ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah.

Melansir dari unggahan akun Instagram resmi @kratonjogja pada Selasa, 27 Juni 2023, Grebeg Besar akan disertai dengan arak-arakan gunungan dan bregada prajurit.

Grebeg atau Garebeg dalam bahasa Jawa memiliki makna suara angin, namun dapat juga dipahami sebagai anggrebeg yang berarti menggiring raja, pembesar atau pengantin. 

Keraton Yogyakarta pertama kali mengadakan Garebeg pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Pada pelaksanaan perdananya, Sultan mengeluarkan hajad dalem berupa gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan gepak, gunungan pawuhan, gunungan dharat, dan gunungan kutug/bromo (pada tahun dal).

Baca Juga: 27 Link Twibbon Selamat Hari Raya Iduladha 1444 H, Yuk Rayakan Lebaran dengan Saling Berkirim Ucapan

Dalam satu tahun, Garebeg dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu Garebeg Poso/Syawal/Bakdo yang diadakan pada 1 Syawal (Idul Fitri) untuk menghormati bulan suci Ramadhan dan malam Lailatul Qadar, Garebeg Besar setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam rangka Idul Adha, dan Grebeg Maulud setiap 12 Rabiul Awal/Maulud untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan, Grebeg Maulud Dal diadakan setiap delapan tahun sekali.

Sejarah Garebeg berkaitan dengan kemunculan Islam di tanah Jawa. Theresiana Ani Larasati dalam bukunya "Berbagai Macam Gunungan Dalam Upacara Garebeg (Grebeg) di Keraton Yogyakarta" menyebutkan, awalnya Garebeg merupakan media dakwah Islam untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Dakwah melalui tradisi Garebeg dipilih, agar penyebaran Islam dapat menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat yang masih memeluk Hindu dan Budha. Tradisi Garebeg juga terus dilestarikan hingga saat ini. Namun, dalam penyelenggaraannya, tradisi Garebeg telah mengalami sejumlah perubahan dan penyesuaian.

Halaman:

Editor: Mayang Ayu Lestari

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x