Keraton Yogyakarta Tutup 28-29 Juli 2023 Adakan Upacara Sakral, Yuk Mengenal Hajad Dalem Jamasan Pusaka

- 28 Juli 2023, 14:59 WIB
Keraton Yogyakarta Tutup 28-29 Juli 2023 Adakan Upacara Sakral, Yuk Mengenal Hajad Dalem Jamasan Pusaka
Keraton Yogyakarta Tutup 28-29 Juli 2023 Adakan Upacara Sakral, Yuk Mengenal Hajad Dalem Jamasan Pusaka / /Instagram @kratonjogja

 

Cianjurpedia.com - Sekedar informasi bagi Anda yang ingin menghabiskan akhir pekan dengan berkunjung ke Keraton Yogyakarta, wisata di keraton (Komplek Kedhaton) akan ditutup selama dua hari pada Jumat dan Sabtu, 28 - 29 Juli 2023. Sedangkan untuk Komplek Wisata Wahanarata mulai ditutup sejak Kamis 27 Juli, hingga hari ini, Jumat 28 Juli 2023. Alasan ditutupnya wisata di Keraton Yogyakarta adalah, akan dilaksanakan Hajad Dalem Jamasan Pusaka (Siraman Pusaka).

Melansir dari laman web kratonjogja.id, Jamasan Pusaka rutin dilaksanakan setiap hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pada bulan Sura (Muharram), bulan pertama dari kalender Jawa. Acara ini dilakukan dalam rangka membersihkan benda-benda pusaka milik Keraton Yogyakarta, seperti tosan aji (senjata), kereta, bendera, perlengkapan berkuda, gamelan, vegetasi, serat (manuskrip), hingga benda-benda upacara maupun kelengkapan ruang tahta.

Upacara Jamasan Pusaka bersifat sangat sakral dan tertutup untuk umum. Persiapan yang dilakukan tidak hanya persiapan fisik semata, namun juga rohani. Sebelum bertugas, para abdi dalem akan berpuasa dan mandi dalam rangka menyucikan diri. Para abdi dalem juga harus menjaga sikap, tutur kata dan perbuatan selama upacara berlangsung.

Dalam upacara ini mengandung setidaknya dua aspek, teknis dan spiritual. Secara teknis bertujuan untuk merawat benda-benda warisan sejarah dan budaya, sedang secara spiritual merupakan sikap manusia Jawa dalam menyambut datangnya tahun baru Jawa.

Rangkaian upacara Jamasan Pusaka yang berlangsung selama dua hari, akan diawali dengan Sugengan Ageng di Gedhong Prabayeksa, yaitu memanjatkan doa-doa agar acara dapat berjalan baik dan lancar. Acara kemudian dilanjutkan dengan tirakatan yang diselenggarakan di Masjid Panepen.

Prosesi lalu dilanjutkan dengan jamasan pada pusaka Kanjeng Kiai Ageng Plered. Setelah itu baru dilaksanakan jamasan pada pusaka-pusaka lainnya.

Jamasan pada pusaka-pusaka berwujud tosan aji (senjata), tidak jauh berbeda dengan proses pembersihan tosan aji pada umumnya. Pusaka dibersihkan dengan cairan jeruk nipis, agar minyak dan kotoran-kotoran yang menempel dapat larut. Setelah itu pusaka disiram dengan air hingga bersih. Saat pusaka telah kering, permukaan pusaka diberi warangan dengan cara dioleskan berkali-kali. Warangan terbuat dari arsenik dan bertujuan untuk melindungi pusaka dari karat. Sebagai sentuhan akhir, pusaka diolesi minyak kelapa yang dicampur dengan minyak cendana.

Pusaka berwujud kereta juga akan dijamas, namun hanya dua kereta pusaka yang akan mengikuti proses Jamasan Pusaka. Berbeda dengan Jamasan Pusaka pada tosan aji yang tertutup, prosesi ini terbuka bagi masyarakat umum yang ingin menyaksikan. Kereta pusaka yang rutin mengikuti Jamasan adalah Kanjeng Nyai Jimat, kereta tertua yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta. Sedangkan untuk kereta lainnya dijamas bergantian setiap tahun.

Halaman:

Editor: Mayang Ayu Lestari

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x