Cianjurpedia.com - Stasiun dan Terowongan Lampegan yang terletak di Desa Cibokor, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur ini mempunyai daya tarik tersendiri.
Bukan hanya di kalangan orang tua yang ingin bernostalgia tetapi juga diminati juga oleh anak-anak muda dan sejumlah komunitas.
Terowongan ini mempunyai nilai sejarah dan mistis yang membuat orang penasaran untuk menggalinya.
Stasiun dan Terowongan Lampegan yang berjarak kurang lebih 26 kilometer dari Kota Cianjur saat ini sudah termasuk salah satu kawasan Cagar Budaya.
Baca Juga: Buruan Klaim Kode Redeem Free Fire FF Hari ini, Rabu 3 November 2021, Hadiah Gratisannya Keren Loh
Suasana masa lalu masih terasa, bangunan stasiun, rumah dinas, serta terowongan masih seperti saat pertama dibangun sehingga nilai historis masih kental.
Pada mulanya, Terowongan Lampegan Dibuat sekitar tahun 1879, seperti yang tertulis pada muka bangunan, namun baru benar-benar rampung dan bisa digunakan pada 1882.
Awalnya terowongan memiliki panjang 686 meter, tetapi bencana longsor pada tahun 2001 dan 2006 menghancurkan sebagian lahan terowongan.
Setelah direstorasi, Terowongan Lampegan tak sepenuhnya kembali seperti sedia kala, panjangnya kini berkurang menjadi 415 meter.
Tidak jauh dari terowongan, terdapat Stasiun Lampegan yang dibangun pada 1882. Stasiun tersebut difungsikan sebagai stasiun penjaga terowongan.
Pada 2001, stasiun ini pernah ditutup, namun sejak 2010 difungsikan kembali. Stasiun ini pernah melayani perjalanan kereta jalur Bandung-Sukabumi dengan kereta Ciroyom-Cianjur-Lampegan jurusan Stasiun Sukabumi dan Stasiun Ciroyom.
Kini, stasiun ini hanya melayani kereta Siliwangi perjalanan Sukabumi-Cianjur.
Terowongan Lampegan pertama kali dioperasikan perusahaan kereta api milik Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS), sebagai penghubung jalur kereta api Sukabumi-Cianjur-Bandung.
Baca Juga: Ingin Membeli Burung Merpati Balap, Ini Ciri-ciri Burung Calon Juara
Rute ini dulunya digunakan untuk mengangkut hasil bumi, seperti tebu, karet, kina, teh, dan kopi.
Pembangunan Terowongan Lampegan terlaksana berkat kerja sama antara Staatsspoorwegen dengan pengusaha perkebunan di Cianjur bernama Van Beckman.
Juragan perkebunan itu menyetujui proyek pembangunan terowongan dengan pertimbangan bahwa nantinya jalur kereta api akan memudahkan pengangkutan hasil perkebunan miliknya.
Nyi Sadea Penghuni Terowongan Lampegan
Salah satu kisah yang tidak bisa dipisahkan dari Terowongan Lampegan adalah misteri hilangnya penari bernama Nyi Sadea.
Saat peresmian pada 1882 Pemerintah Hindia Belanda berupaya mengadakan pesta. Peresmian itu dihadiri oleh orang-orang berpengaruh.
Pada malam harinya, Jawatan Kereta Api mengundang Nyi Sadea bersama dengan grup kesenian ronggengnya.
Nyi Sadea merupakan penari ronggeng terkenal asal Cianjur pada masanya. Ia diyakini memiliki paras yang cantik dengan kulit putih yang diwarisi dari salah satu kakeknya yang berdarah Belanda.
"Para pejabat Hindia Belanda pusat dari Batavia dan Priyangan pun hadir. Bahkan, tampak Gubernur Hindia Belanda yang saat itu dijabat oleh Cornelis Pijnacker Hordik, termasuk Bupati R.A.A. Prawiradireja," seperti dikutip dari buku Kisah Tanah Jawa (2018:11).
Malang bagi Nyi Sadea, usai meronggeng, seseorang mengajaknya pergi dan sejak itu dia tak pernah kembali.
Hilangnya Nyi Sadea yang tidak seorangpun tahu rimbanya memunculkan cerita-cerita beraroma mistis di kalangan masyarakat sekitar.
Baca Juga: Cara Alami Agar Merpati Cepat Giring Keras
Sebagian masyarakat di sana yakin, perempuan itu dibunuh untuk dijadikan tumbal. Sejak saat itu Nyi Sadea sering beredar sebagai mahluk halus yang menjadi penghuni goib terowongan Lampegan.
Selain sejarah Stasiun dan Terowongan Lampegan, di kawasan ini juga tercatat sejumlah konflik senjata semasa Perang Kemerdekaan Indonesia antara pasukan Indonesia dan pasukan Belanda.
Terowongan ini menjadi saksi bisu pertempuran gagah berani para pemuda Indonesia dalam merebut kemerdakaan***