Abbas Qasim Ibnu Firnas, Peletak Dasar Konsep Pesawat Terbang

- 8 Oktober 2020, 12:09 WIB
Abbas Qasim Ibnu Firnas
Abbas Qasim Ibnu Firnas /www.condadodecastilla.es

Cianjurpedia, Berbicara soal dunia penerbangan, tak pernah lepas dari tokoh-tokoh semacam Sir George Cayley, Otto Lilienthal, Santos-Dumont, dan Wright Bersaudara. Merekalah yang dikenal berjasa merintis dunia penerbangan hingga menjelma menjadi industri modern seperti sekarang ini. 

Namun, tahukah Anda bahwa peletak dasar konsep pesawat terbang pertama adalah seorang ilmuwan Muslim dari Spanyol, Abbas Ibnu Firnas. Dialah orang pertama dalam sejarah yang melakukan pendekatan sains dalam mempelajari proses terbang.

Ibnu Firnas pun layak disebut sebagai manusia pertama yang terbang, 1.000 tahun lebih sebelum Wright Bersaudara berhasil melakukannya. Abbas Qasim Ibnu Firnas (di Barat dikenal dengan nama Armen Firman) dilahirkan pada tahun 810 Masehi di Izn-Rand Onda, Al-Andalus (kini Ronda, Spanyol).

Dia dikenal ahli dalam berbagai disiplin ilmu, selain seorang ahli kimia, ia juga seorang humanis, penemu, musisi, ahli ilmu alam, penulis puisi, dan seorang penggiat teknologi. Pria keturunan Maroko ini hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia (Spanyol).

Pada tahun 852, di bawah pemerintahan Khalifah Abdul Rahman II, Ibnu Firnas memutuskan untuk melakukan uji coba terbang dari menara Masjid Mezquita di Cordoba dengan menggunakan semacam sayap dari jubah yang disangga kayu.

Sayap buatan itu ternyata membuatnya melayang sebentar di udara dan memperlambat jatuhnya, ia pun berhasil mendarat walau dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal sebagai parasut pertama di dunia.

Pada tahun 875, saat usianya menginjak 65 tahun, Ibnu Firnas merancang dan membuat sebuah mesin terbang yang mampu membawa manusia. Setelah versi finalnya berhasil dibuat, ia sengaja mengundang orang-orang Cordoba untuk turut menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal Al-'Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba. 


Penerbangan yang disaksikan secara luas oleh masyarakat itu terbilang sangat sukses. Sayangnya, karena cara meluncur yang kurang baik, Ibnu Firnas terempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah yang membuat Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan uji coba berikutnya.


Cedera punggung yang tak kunjung sembuh mengantarkan Ibnu Firnas pada projek-projek penelitian di laboratorium. Seperti biasanya ia meneliti gejala-gejala alam, di antaranya mempelajari mekanisme terjadinya halilintar dan kilat, menentukan tabel-tabel astronomi, dan merancang jam air yang disebut Al-Maqata.


Yang tak kalah menariknya, Firnas berhasil mengembangkan proses pemotongan batu kristal, yang pada saat itu hanya orang-orang Mesir yang mampu melakukannya. Berkat penemuannya ini, Spanyol saat itu tidak perlu lagi mengekspor quartz ke Mesir, tetapi bisa diselesaikan sendiri di dalam negeri.

Halaman:

Editor: Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x