Dilansir dari Antara, pakaian adat suku Baduy yang dikenakan Kepala Negara tersebut bernama "Jamang Sangsang" atau juga baju "kampret" karena sudah tidak lagi mengikuti pakem awalnya.
Baju yang biasa dipakai Suku Baduy luar ini berbeda dengan Suku Baduy dalam yang masih mempertahankan pakem yakni baju tanpa kancing, jahitan dan didominasi warna putih. Ikat kepala pun berwarna putih.
Jamang Sangsang terdiri dari atasan yang dilengkapi kancing pada bagian depannya, berlengan panjang dan celana dengan dominasi warna hitam. Busana ini berbahan serat alam seperti katun atau linen.
Baca Juga: Rangkuman Hasil Liga Prancis: Lyon Tumbang di Kandang Angers, Bordeaux Tahan Imban Marseille 2-2
Kemudian, seperti halnya masyarakat Baduy luar yang bisa ditemui di Desa Kanekes, Leuwidamar, Banten, Presiden juga mengenakan telekung atau ikat kepala yang juga disebut "koncer" atau "roma" berwarna biru tua dan hitam dengan motif batik
Motif batik ini didapatkan dari flora atau tanaman yang tumbuh di sekitar masyarakat tinggal. Biasanya telekung ini merupakan hasil tenun masyarakat Baduy.
Presiden juga mengenakan tas yang disebut "koja" atau "jarog". Tas ini menjadi benda yang tidak terpisahkan dari Suku Baduy luar, berfungsi sebagai tempat menyimpan perlengkapan yang mereka butuhkan.
Biasanya koja atau jarog digunakan Suku Baduy dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti berladang, bercocok tanam, hingga menangkap ikan di sungai.
Sebagai alas kaki, Presiden mengenakan sandal tali. Pada masyarakat Baduy, sandal ini biasanya terbuat dari tanaman eceng gondok, pelepah pisang atau memanfaatkan tumbuhan yang mereka tanam atau ada di sekitar mereka.***