Sementara itu, PM2.5 ini mengacu pada materi mikroskopis tertentu dengan diameter 2,5 mikrometer atau kurang, dengan berbagai efek merugikan pada kesehatan manusia dan lingkungan, dan karena itu merupakan salah satu polutan utama yang digunakan dalam menghitung kualitas udara kota atau negara secara keseluruhan.
Berdasarkan analisa BMKG, tingginya konsentrasi PM2.5 di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi baik yang berasal dari sumber lokal maupun regional.
Mulai dari transportasi dan residensial hingga berasal dari kawasan industri dekat dengan Jakarta.
Selain itu, proses pergerakan polutan udara seperti PM2.5 juga dipengaruhi oleh pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM2.5.
Kemudian faktor lainnya yang mempengaruhi peningkatan PM2.5 yaitu tingginya kelembapan udara yang menyebabkan peningkatan proses adsorpsi atau perubahan wujud dari gas menjadi partikel.
Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi PM2.5 yang difasilitasi oleh kadar air di udara.***