Cianjurpedia.com - Film Bumi Manusi yang dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva De Jongh, dan Sha Ine Febriyanti akan ditayangkan di RCTI pada Selasa 15 Februari 2022 dini hari, pukul 00.30 WIB.
Diadaptasi dari buku karya Pramoedya Ananta Toer dengan judul yang sama, Bumi Manusia merangkumi masa kejadian antara tahun 1898 hingga tahun 1918.
Bumi Manusia (secara internasional The Earth of Mankind) adalah sebuah film drama biografi sejarah Indonesia tahun 2019 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan ditulis Salman Aristo.
Film ini menceritakan kegamangan Minke (Iqbaal Ramadhan) antara kemajuan Eropa dan perjuangan membela tanah airnya serta hubungannya dengan Annelies (Mawar Eva De Jongh).
Ini adalah kisah dua anak manusia yang meramu cinta di atas pentas pergelutan tanah kolonial awal abad 20, antara Minke dan Annelies.
Cinta yang hadir di hati Minke untuk Annelies, membuatnya mengalami pergulatan batin tak berkesudahan.
Dia, pemuda pribumi, Jawa totok, sedangkan Annelies, gadis Indo Belanda anak seorang Nyai. Bapak Minke yang baru saja diangkat jadi Bupati, tak pernah setuju Minke dekat dengan keluarga Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti), sebab posisi Nyai di masa itu dianggap sama rendah dengan binatang peliharaan.
Nyai pada saat itu dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki norma kesusilaan karena statusnya sebagai wanita simpanan.
Statusnya sebagai seorang Nyai telah membuatnya sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepantasnya.
Tetapi, yang menariknya adalah Nyai Ontosoroh sadar akan keadaan tersebut sehingga dia berusaha keras dengan terus-menerus belajar, agar dapat diakui diakui sebagai seorang manusia.
Nyai Ontosoroh berpendapat, untuk melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, dan sebagainya hanyalah dengan belajar
Sementara, Minke adalah salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Pada masa itu, yang dapat masuk ke sekolah HBS adalah orang-orang keturunan Eropa.
Ia adalah seorang pribumi yang pandai, dia sangat pandai menulis. Tulisannya berhasil membuat orang sampai kagum dan dimuat di berbagai Surat khabar Belanda pada saat itu.
Sebagai seorang pribumi, dia kurang disukai oleh siswa-siswi Eropa lainnya. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner di buku ini.
Dia berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Dia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa, yang membuatnya selalu di bawah.***