Belajar Mengelola Pangan dari Kampung Adat Ciptagelar, Tradisi yang Sudah Berjalan Ratusan Tahun

3 Februari 2022, 22:35 WIB
Deretan leuit atau lumbung padi di kampung adat kasepuhan Ciptagelar, Desa Sir­na­resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. /Pikiran Rakyat/Herlan Heryadie/

Cianjurpedia.com – Sebuah kampung adat bernama Kasepuhan Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi, masih memegang erat tradisinya hingga saat ini.

Sebagian besar masyarakatnya bertani. Meskipun ada warga yang berprofesi lain seperti pedagang, buruh, dan pegawai, namun mereka tidak sepenuhnya meninggalkan lahan pertanian. Tradisi tersebut sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam.

Salah satu komoditas pertanian yang dihasilkan adalah padi. Bukan sekedar menanam dan memanen, bisa dibilang masyarakat adat Ciptagelar bersandar kepada budidaya padi.

Baca Juga: Mengenal Hutan Kota Ranggawulung Subang, Namanya Diambil Dari Leluhur Sunda

Hampir seluruh sendi-sendi kehidupan adat didasarkan kepada kalender siklus padi. Padi juga dimaknai sebagai kehidupan.

Nilai luhur yang ditanamkan di sana adalah warga Kasepuhan Ciptagelar dilarang menjual beras atau padi, bila seseorang menjual beras atau padi, berarti menjual kehidupannya sendiri.

Terdapat sekitar 140 jenis varietas padi yang dikenal oleh masyarakat adat Ciptagelar. Varietas yang paling populer adalah tampeuy dan huma.  

Baca Juga: Sejarah Persib Hari Ini 3 Februari: Rudiyana Cetak Hattrick Dalam Laga Uji Coba di Kabupaten Bandung Barat

Seluruh varietas padi ini disimpan di lebih dari 8.000 lumbung yang ada di seluruh wilayah Kasepuhan. Padi yang disimpan di lumbung tidak dipisahkan dari tangkainya, tetapi tetap tergantung dalam keadaan terikat menggunakan tali bambu (pocongan).

Maksud penyimpanan padi dengan cara ini adalah agar padi dapat mengering selama dibawa dan tetap dapat dipertahankan kadar airnya. 

Sistem penyimpanan ini menyebabkan padi menjadi tidak rusak akibat kelembapan. Rata-rata setiap keluarga di Ciptagelar memiliki beberapa lumbung padi kecil, dimana satu lumbung dapat menampung 500-1.000 pocong padi yang bisa mencukupi kebutuhan konsumsi pangan selama setahun. 

Baca Juga: Mengenal Kebesaran Sejarah Islam Lewat Museum Al Quran dan Asmaul Husna di Madinah

Kasepuhan Ciptagelar menerapkan aturan tertentu sebagai bagian dari ketahanan pangan di wilayahnya, yakni hanya melakukan penanaman padi satu kali dalam setahun.

Pasalnya, warga Ciptagelar ingin menjaga kelestarian alam, tidak merusak lingkungan, serta tetap mempertahankan adat istiadat warisan para leluhurnya, termasuk tata cara menanam padi yang tidak luput dari penghormatan terhadap Dewi Sri sebagai “Dewi Padi”.

Kasepuhan Ciptagelar termasuk ke dalam Kasepuhan Adat Banten Kidul bersama beberapa kesepuhan lainnya, seperti Kasepuhan Sinar Resmi, Kasepuhan Cipta Mulya, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Cisitu dan lainnya.

Baca Juga: Masjid-Masjid Bersejarah di Sekitar Nabawi, Erat Kaitannya Dengan Kisah Rasulullah dan Para Sahabat

Kasepuhan Banten Kidul adalah masyarakat agraris yang mendiami kawasan Taman Nasional Gunung Halimun yang tersebar meliputi tiga kabupaten yakni Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Kasepuhan Banten Kidul telah ada sejak tahun 1368.***

Editor: Fitrah Ardiansyah

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler