Maksud penyimpanan padi dengan cara ini adalah agar padi dapat mengering selama dibawa dan tetap dapat dipertahankan kadar airnya.
Sistem penyimpanan ini menyebabkan padi menjadi tidak rusak akibat kelembapan. Rata-rata setiap keluarga di Ciptagelar memiliki beberapa lumbung padi kecil, dimana satu lumbung dapat menampung 500-1.000 pocong padi yang bisa mencukupi kebutuhan konsumsi pangan selama setahun.
Baca Juga: Mengenal Kebesaran Sejarah Islam Lewat Museum Al Quran dan Asmaul Husna di Madinah
Kasepuhan Ciptagelar menerapkan aturan tertentu sebagai bagian dari ketahanan pangan di wilayahnya, yakni hanya melakukan penanaman padi satu kali dalam setahun.
Pasalnya, warga Ciptagelar ingin menjaga kelestarian alam, tidak merusak lingkungan, serta tetap mempertahankan adat istiadat warisan para leluhurnya, termasuk tata cara menanam padi yang tidak luput dari penghormatan terhadap Dewi Sri sebagai “Dewi Padi”.
Kasepuhan Ciptagelar termasuk ke dalam Kasepuhan Adat Banten Kidul bersama beberapa kesepuhan lainnya, seperti Kasepuhan Sinar Resmi, Kasepuhan Cipta Mulya, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Cisitu dan lainnya.
Baca Juga: Masjid-Masjid Bersejarah di Sekitar Nabawi, Erat Kaitannya Dengan Kisah Rasulullah dan Para Sahabat
Kasepuhan Banten Kidul adalah masyarakat agraris yang mendiami kawasan Taman Nasional Gunung Halimun yang tersebar meliputi tiga kabupaten yakni Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Kasepuhan Banten Kidul telah ada sejak tahun 1368.***