Seperti yang diberitakan sebelumnya, data inflasi konsumen AS bulan Juni 2022 dirilis lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan merupakan rekor baru dalam 40 tahun, yaitu 9,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibanding 8,6 persen (yoy) pada Mei 2022.
Oleh karena itu, sambungnya, The Fed disebut-disebut berpeluang untuk meningkatkan suku bunga acuannya hingga 100 basis poin.
"Jika benar, meningkatnya nilai suku bunga ini berpeluang kembali mengerek nilai USD yang saat ini sudah cukup tinggi dan memberikan tekanan pada mata uang lain," tuturnya.
Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar masih menunggu rilis laporan neraca perdagangan Indonesia untuk Juni 2022.
Baca Juga: Rupiah Melemah Setelah Rilis Data Inflasi Konsumen AS Semalam
"Ekspektasinya, neraca perdagangan Indonesia masih positif melanjutkan tren selama 25 bulan terakhir. Hal ini baik bagi rupiah dalam menghadapi tekanan USD," ucapnya.***