Kemudian, saat Andreas dan temannya membersihkan gudang, ia menemukan beberapa benda yang cukup klenik. Seperti rajah atau jimat dari kain yang bertuliskan huruf Arab Jawa kuno dan sabuk betawi yang didalamnya terdapat rajah.
Benda-benda tersebut mereka simpan dalam kendi dan membakarnya. Namun, anehnya rajah-rajah tersebut tidak dapat terkena kobaran api.
Api terlihat melayang di atas kendi, tetapi akhirnya sedikit demi sedikit rajah tersebut berubah menjadi abu.
Setelah selesai membakar, suasana dan hawa rumah tiba-tiba terasa menjadi menyeramkan. Andreas merasa rumah tersebut menjadi hening, sepi, dan mencekam.
Keesokan harinya, semua karyawan mulai bekerja, dan ada sepasang suami istri yang dipanggil Bapak dan Ibu Tunggul, bertugas menjaga dan tinggal di rumah yang dijadikan kantor itu, beserta anaknya yang masih balita.
Saat Andreas sudah selesai bekerja, dan sedang nongkrong bersama rekan-rekan kerjanya, Pak Tunggul menghubunginya dan meminta tolong agar Andreas beserta rekan-rekan lain segera kembali ke kantor.
"Tolong,bMas! Tolong cepetan Mas kesini, ke kantor. Tolong, Mas! Tolong!" ucap Andreas menirukan perkataan Pak Tunggul.
Ketika Andreas sampai dan membuka pintu kantor, tiba-tiba ada angin yang berhembus ke arahnya. Ditambah lagi, ketika masuk ia mencium bau amis, seperti aroma darah.
Lalu Pak Tunggul bercerita, bahwa ia kerap mengalami gangguan, ia mendengar suara perempuan dan suara anak kecil berlarian.