Meski Telah Disetujui untuk Mengobati COVID-19, Pil Pfizer Memiliki Efek Samping pada Kondisi Pasien Tertentu

- 28 Desember 2021, 15:03 WIB
Ilustrasi pil pfizer. Pfizer berencana buat obat Covid-19 yang akan dipasok ke 95 negara dengan penghasilan rendah dan menengah.
Ilustrasi pil pfizer. Pfizer berencana buat obat Covid-19 yang akan dipasok ke 95 negara dengan penghasilan rendah dan menengah. /pattayamail.com/

Cianjurpedia.com – Pil Pfizer, Paxlovid, telah disetujui penggunaannya untuk mengobati COVID-19 dengan derajat sedang hingga berat pada orang berusia lebih dari 12 tahun. Dan dapat dibeli dengan menggunakan resep dokter serta diminum dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala.

Akan tetapi, pil Pfizer ini dikhawatirkan dapat memberikan efek samping yang serius bagi pasien COVID-19. Efek samping tersebut akan timbul jika pil ini dikonsumsi bersamaan dengan obat lain yang digunakan untuk mengatasi kolesterol, pengencer darah, dan antidepresan.

Melansir Express, menurut laporan NBC News ada satu hal yang harus dijadikan perhatian utama ketika pil Pfizer ini dikombinasikan dengan obat lain yang juga dimetabolisme oleh enzim CYP3A. 

Baca Juga: Pemerintah Korea Selatan Menyetujui Pil Oral Pfizer untuk Pasien COVID-19

Hal tersebut yaitu ritonavir, salah satu komponen yang dikandung Paxlovid ini, karena dapat meningkatkan obat yang dikonsumsi bersamaan dengan pil pfizer ini menjadi racun.

Pil ini dibuat dengan kombinasi dua pil terpisah. Komponen pertama merupakan antivirus nirmatrelvir dan komponen lainnya pil ritonavir.

Pil ritonavir ini telah lama digunakan sebagai stimulan dalam pengobatan HIV dan digunakan untuk menekan enzim hati (CYP3A) yang memetabolisme banyak obat, termasuk nirmatrelvir.

Baca Juga: Apple Tutup 7 Toko Ritelnya di New York Akibat Meningkatnya Kasus Covid 19 Varian Omicron

Ketika Paxlovid digunakan pada pasien COVID-19, ritonavir membantu memperlambat pemecahan obat antivirus aktif dalam tubuh dan juga membantunya tetap pada tingkat terapeutik lebih lama. Dengan demikian para pasien dapat merasakan efek obat dan terhindar dari penyakit serius.

Obat-obatan yang dapat menimbulkan risiko adalah obat-obatan yang banyak digunakan oleh mereka yang memiliki risiko lebih tinggi terkena COVID-19 gejala berat.

Obat-obatan ini termasuk antikoagulan, obat anti-epilepsi, obat aritmia, obat untuk tekanan darah tinggi dan kolesterol, serta obat yang digunakan untuk mengobati depresi dan kecemasan.

Obat yang digunakan untuk HIV (AIDS), kanker dan disfungsi ereksi juga berpotensi menimbulkan efek samping.

Baca Juga: Update Harga Emas Batangan Antam Hari Ini Selasa, 28 Desember 2021 Naik Rp3000  

Di bagian 7 dari label Paxlovid, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memberikan daftar rinci obat-obatan yang dapat berinteraksi negatif dengan ritonavir dan harus dihindari selama pengobatan pasien COVID-19.

Namun, para ahli mengatakan bahwa pengobatan itu merupakan 'terobosan' dan interaksi obat-obat tersebut 'dapat dikelola'.

Mereka juga berpendapat bahwa penggunaan Paxlovid hanya diizinkan untuk maksimum lima hari dan pasien COVID-19 harus memberi tahu dokter yang merawat mereka tentang obat lain yang sedang mereka konsumsi.***

Editor: Hanif Hafsari Chaeza

Sumber: express.co.uk


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah