Isu Lingkungan Selalu Dihiasi Berita Hoax, Saatnya Jurnalis dan Netizen Berkolaborasi Dalam Memberikan Fakta

- 29 Agustus 2023, 11:00 WIB
Wartawan Senior Deni Yudiawan (tengah) saat menjadi pembicara di Jurnalis Camp 2023, Kerjasama Eiger dan PRMN, membahas Socio Eco Journalism.
Wartawan Senior Deni Yudiawan (tengah) saat menjadi pembicara di Jurnalis Camp 2023, Kerjasama Eiger dan PRMN, membahas Socio Eco Journalism. /PRMN

“Tapi, kita harus kasih beberapa fakta, supaya masyarakat bisa memutuskan sendiri apa yang terbaik buat mereka. Nah, lalu bagaimana masyarakat bisa memutuskan sesuatu kalau fakta atau datanya itu tidak ada?” kata Deni.

Di sana lah peran jurnalis dalam memberikan fakta dan data yang tepat, sehingga masyarakat tidak lagi dibodohi oleh berita-berita hoax. Deni memaparkan, berdasarkan data dari Jabar Saber Hoaks, pada tahun 2019, hoax paling tinggi di media itu adalah tentang bencana.

“Hal tersebut disebabkan tingkat literasi masyarakat yang rendah ditambah berita hoax yang semakin banyak. Sementara informasi itu seharusnya diverifikasi terlebih dulu oleh jurnalis,” tambahnya.

Dalam pembuatan berita, Deni menegaskan jika pertahanan jurnalisme itu ada di verifikasi. Maka dalam membuat berita, sebaiknya jurnalis lebih dulu memverifikasi informasi yang didapat dengan cara pergi ke lapangan atau menghubungi sumber yang bisa dipercaya. Setelah itu, perdalam bagian “How” dan “Why”-nya, karena dalam kaidah 5W1H, “What, Who, When, dan Where” tidak terlalu banyak yang bisa digali.

Penulisan Dalam Bencana

Menulis soal isu lingkungan maupun bencana juga memiliki teknik tersendiri. Deni membagikan beberapa tipsnya untuk para jurnalis dalam memberikan data yang akurat terkait bencana, yaitu:

  • Selalu menjaga etika dalam menulis, seperti tidak asal mengambil data dan selalu memverifikasi informasi serta mencari tahu fakta yang ada di lapangan.
  • Perhatikan kualitas informasi yang disajikan, pastikan dari sumber terpercaya.
  • Jika ingin mengejar traffic, cari tahu keinginan pembaca atau netizen.
  • Untuk mendapatkan foto dan data yang human interest, lihat di tiga hari awal setelah bencana terjadi.
  • Tidak perlu banyak mewawancara orang-orang yang sedang berduka karena bencana. Cukup memperhatikan lingkungan di lokasi bencana, dan gambarkan kondisi saat itu dalam tulisan.

Selain menerapkan tips-tips di atas, jurnalis juga bisa berkolaborasi dengan netizen. Pasalnya, netizen saat ini sangat cepat dalam menyebarkan informasi melalui media sosial. Sementara, fungsi jurnalis yaitu memverifikasi data yang didapat dari netizen, sehingga keinginan pembaca pun dapat terpenuhi dengan fakta dan data yang cepat serta akurat.***

 

Halaman:

Editor: Mayang Ayu Lestari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah