Muhammadiyah Tetapkan Puasa 1 Ramadan 1444 H Pada Kamis 23 Maret 2023, Apa Itu Hisab Hakiki Wujudul Hilal?

1 Februari 2023, 11:54 WIB
Ilustrasi puasa. Muhammadiyah Tetapkan Puasa 1 Ramadan 1444 H Pada Kamis 23 Maret 2023, Apa Itu Hisab Hakiki Wujudul Hilal? /Pixabay/mohamed_hassan/

 

Cianjurpedia.com - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan awal 1 Ramadan 1444 Hijriyah jatuh pada Kamis, 23 Maret 2023. Penetapan ini diambil berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal.

Seperti yang tertuang pada surat edaran dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah yang ditandatangani oleh Wakil Ketua Oman Fathurohman dan Sekretaris Mohammad Mas’udi, hasil hisab awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 H telah ditetapkan.

Dari hasil hisab hakiki wujudul hilal ini, Muhammadiyah menetapkan awal bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah 1444 Hijriyah. Di mana 1 Syawal 1444 H atau Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Jumat Pahing, 21 April 2023. Kemudian 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada Senin Legi, 19 Juni 2023.

Sementara itu, hari Arafah (9 Zulhijah) jatuh pada 27 Juni 2023 dan Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijah) jatuh pada 28 Juni 2023 mendatang. 

Baca Juga: Ini Keutamaan Puasa Tasu’a dan Asyura yang Sayang Bila Dilewatkan

Lalu, bagaimanakah metode hisab hakiki wujudul hilal yang dijadikan pedoman oleh PP Muhammadiyah?

Melansir dari laman resmi PP Muhammadiyah, dituliskan bahwa dengan hisab, kita dapat menghitung posisi-posisi geometris benda-benda langit guna menentukan penjadwalan waktu di muka bumi, sehingga dapat membuat perhitungan awal bulan kamariah dan penanggalan. 

Namun, berbeda dengan pemerintah, Muhammadiyah mengacu pada gerak faktual Bulan di langit sehingga bermula dan berakhirnya bulan kamariah berdasarkan pada kedudukan atau perjalanan Bulan benda langit tersebut. 

Perhitungan Inilah yang dinamakan dengan hisab hakiki dan dijadikan pedoman oleh Muhammadiyah. Penggunaannya disebabkan perhitungan yang dilakukan terhadap peredaran Bulan dan Matahari menurut hisab ini harus sebenar-benarnya dan setepat-tepatnya berdasarkan kondisi Bulan dan Matahari pada saat itu.

Lebih jauh, Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, yakni Matahari terbenam lebih dahulu daripada Bulan, walaupun hanya berjarak satu menit atau kurang.

Baca Juga: Intip 30 Ide Menu Makanan Untuk Buka Puasa Ramadan, Enaknya Olahan Telur

Ide tersebut berasal dari pakar falak Muhammadiyah Wardan Diponingrat yang tidak hanya dipahami berdasarkan pada Quran Surat Yasin ayat 39-40, melainkan juga menggunakan perangkat lain seperti hadis dan konsep fikih lainnya serta dibantu ilmu astronomi.

Dalam buku Pedoman Hisab Muhammadiyah dijelaskan bahwa dengan hisab hakiki kriteria wujudul hilal, bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat berikut secara kumulatif, yaitu (1) telah terjadi ijtimak, (2) ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, dan (3) pada saat matahari terbenam Bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk. 

Apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak dipenuhi, maka bulan berjalan digenapkan tiga puluh hari dan bulan baru dimulai lusa.

Sementara itu, pemerintah akan mengumumkan tanggal 1 Ramadan 1444 Hijriyah setelah melakukan sidang isbat, yang biasanya dilakukan pada petang hari jelang awal bulan di kalender Hijriah.***

 
Editor: Mayang Ayu Lestari

Sumber: Muhammadiyah

Tags

Terkini

Terpopuler