Mengenal 8 Tradisi Masyarakat Jawa Tengah Menyambut Bulan Ramadhan, Padusan Hingga Nyadran

21 Maret 2023, 10:28 WIB
Nyadran Menyambut Bulan Ramadhan Ternyata Seperti Ini Tradisinya yang Unik/Lasti Martina/Portal Purwokerto /

 

Cianjurpedia.com - Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi dari Sabang hingga Merauke. Sebagai negara dengan jumlah umat Islam yang tinggi, tentunya masing-masing keragaman tersebut menciptakan aneka kebiasaan unik tersendiri menjelang bulan Ramadhan.

Berbagai tradisi jelang Ramadhan tersebut dapat ditemui hampir di setiap daerah di Indonesia. Bahkan sebagian besar masih terjaga kelestariannya hingga ratusan tahun. Tak ketinggalan dengan masyarakat di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya.

Supaya lebih mengenal ragam budaya umat muslim di Jawa Tengah, berikut delapan tradisi istimewa jelang bulan suci Ramadhan yang unik namun sangat bermakna:

Baca Juga: Yuk, Kenali 10 Tradisi Unik Menyambut Bulan Ramadhan di Indonesia! Mulai Dari Aceh Hingga Papua

  1. Padusan

Tradisi padusan dipercaya dapat menyucikan diri dengan cara mandi atau berendam di sumber air yang dianggap membawa berkah.

Padusan banyak dilakukan oleh masyarakat di sebagian Jawa Tengah bagian selatan dan Yogyakarta. Tradisi ini dilakukan satu hari sebelum bulan Ramadhan atau saat malam pertama shalat tarawih.

Dahulu, padusan hanya dilakukan di tempat-tempat yang dianggap keramat. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi ini dapat dilakukan di mana saja, bahkan di kolam renang atau di rumah

  1. Dugderan

Dugderan merupakan tradisi masyarakat Semarang dan sekitarnya dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini sudah rutin dilakukan sejak tahun 1881.

Dugderan bisa dikatakan pesta rakyat, karena menyuguhkan rangkaian acara meriah yang disaksikan oleh masyarakat, seperti karnaval, tari-tarian, hingga tabuh bedug.

Salah satu yang dinanti saat dugderan tentunya Warak Ngendog, yaitu hewan imajiner yang menjadi simbolis tiga etnis mayoritas di Semarang, yaitu naga (Cina), buraq (Arab), dan kambing (Jawa). Warak Ngendog akan diarak dalam karnaval dari Balai Kota Semarang hingga ke Masjid Kauman.

  1. Dandangan

Tradisi dandangan dilakukan oleh masyarakat di Kudus, Jawa Tengah. Dandangan sudah ada sejak sekitar 400 tahun lalu, dimulai sejak zaman Sunan Kudus. 

Acara ini digelar jelang Ramadhan dan biasanya berupa pasar malam yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga.

Baca Juga: 25 Link Twibbon Ucapan Selamat Puasa Ramadhan 2023, Berikut Cara Memasangnya di Medsos atau WhatsApp

  1. Nyadran

Ziarah ke makam leluhur sebelum bulan Ramadhan, menjadi sebuah kegiatan wajib yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Jawa Tengah. Tradisi ini dikenal dengan istilah nyadran.

Selain ziarah, bagi masyarakat pedesaan, nyadran juga merupakan tradisi membersihkan dan tabur bunga di makam kerabat. Bahkan ada pula yang hingga melakukan selamatan atau kenduri di makam tersebut.

  1. Gebyar Ki Aji Tunggal

Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat di Desa Karangaji, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, yaitu berupa karnaval sebelum memasuki bulan puasa.

Gebyar Ki Aji Tunggal merupakan tradisi arak-arakan yang rutin dilakukan di bulan Syaban dalam kalender Hijriyah, atau bulan Ruwah dalam kalender Jawa. 

Karnaval ini bertujuan sebagai ajang silaturahmi dan ungkapan rasa syukur atas jasa para pendahulu yang memberikan nilai-nilai kehidupan.

  1. Tukuder dan Makan Telur Ikan

Ada tradisi unik jelang puasa di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, yaitu tukuder dan makan telur mimi.

Tukuder berasal dari kata tuku yang dalam Bahasa Jawa berarti membeli, yang dimaksud dalam tradisi ini adalah membeli makanan jelang Ramadhan. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun-temurun.

Selain tukuder ada juga tradisi makan telur mimi. Mimi adalah binatang laut yang mirip ikan pari. Telur ikan mimi banyak dijajakan di alun-alun kota yang disulap menjadi pasar dadakan.

Masyarakat setempat meyakini telur ikan mimi ini biasa dimakan oleh para penyebar agama Islam.

Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan Puasa 1 Ramadan 1444 H Pada Kamis 23 Maret 2023, Apa Itu Hisab Hakiki Wujudul Hilal?

  1. Perlon Unggahan 

Tradisi ziarah lainnya adalah perlon unggahan yang dilakukan seminggu sebelum Ramadhan di Desa Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah. 

Berbeda dengan ziarah pada umumnya, perlon unggahan diawali dengan ziarah ke makam Bonokeling. Ada syarat khusus yang harus dilakukan peziarah saat mengunjungi makam Bonokeling, yaitu diharuskan melepas alas kaki sambil menjinjing nasi ambeng khas Banyumas.

Setelah melakukan ziarah, masyarakat akan melakukan acara makan bersama untuk menjaga silaturahmi.

  1. Arwah Jamak

Arwah jamak merupakan tradisi masyarakat Demak dalam menyambut bulan Ramadhan yang sudah ada sejak masa Sunan Kalijaga. 

Sekilas tradisi ini mirip dengan nyadran karena sama-sama membacakan doa bagi para keluarga dan kerabat yang telah tiada.

Bedanya, selain dilakukan jelang bulan suci, arwah jamak kembali dilakukan saat sepuluh hari terakhir pada malam ganjil di bulan Ramadhan. 

Masyarakat yang ingin leluhurnya didoakan secara berjamaah, biasanya akan memberikan sedekah uang untuk setiap satu nama leluhur. Uang yang terkumpul akan digunakan untuk menyantuni anak yatim piatu.***

 
Editor: Mayang Ayu Lestari

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler