Gereja Kristen Indonesia Indramayu, Bukti Sejarah Penyebaran Kristen di Kota Mangga

- 24 Desember 2020, 13:16 WIB
Gereja Kristen Indonesia (GKI) Indramayu
Gereja Kristen Indonesia (GKI) Indramayu /cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Cianjurpedia.com - Di sepanjang Jalan Cimanuk-Siliwangi, atau kerap disebut kawasan kota tua Kabupaten Indramayu, sedikitnya terdapat 40 bangunan tua peninggalan masa kolonial. Gedung-gedung tersebut kebanyakan dibangun pada awal abad ke-19.

Salah satu gedung yang masih dipertahankan bentuk aslinya adalah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Indramayu. Diresmikan pada 1912, gereja yang terletak di Jalan Cimanuk No. 23G, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, tercatat sebagai gereja tertua yang masih berdiri di daerah berjuluk kota mangga itu.

Keberadaan GKI Indramayu tidak terlepas dari sejarah penyebaran agama Kristen di sana. Dari sejumlah literatur, sebelum datang zendeling (penyebar agama Kristen) dan adanya gereja, sudah ada empat belas orang etnis Tionghoa yang memeluk agama Kristen.

Baca Juga: Menteri Agama Ucapkan Selamat Natal untuk Seluruh Umat Kristiani di Indonesia

Seorang Tionghoa bernama Ang Boen Swie berperan penting dalam terbentuknya komunitas umat Kristen Indramayu. Dikisahkan Ang Boen Swie lahir pada 1813, berasal dari keluarga kurang mampu. Dia merupakan pedagang kelontong keliling yang berjalan kaki untuk menjajakan dagangannya.

Perjumpaan Ang Boen Swie dengan agama Kristen terjadi ketika dia sedang berdagang di Karang Ampel. Di sana, dia bertemu seorang Belanda bernama Herklots yang meminjamkan Injil berbahasa Jawa kepadanya.

Beberapa waktu kemudian, Ang Boen Swie beserta 13 orang lainnya dibaptis oleh pendeta Ds Kroll dari Cirebon pada 13 Desember 1858. Tanggal ini dipakai sebagai hari jadi GKI Indramayu.

Baca Juga: 10 Makanan Khas saat Natal dari Berbagai Negara di Dunia, Ada Ayam Budu-budu dan Bibingka 

Adapun, keempat belas orang yang dibaptis adalah Ang Boen Swie bersama 5 anggota keluarga, 4 orang dari keluarga Lauw Pang, Sam Yan beserta istri, Hong Lieng dan Tji Tek.

Setelah dibaptis, rumah keluarga Ang Boen Swie dijadikan tempat pertemuan jemaat. Namun, kegiatan keagamaan kerap berpindah-pindah.

Baca Juga: Dua Tenaga Medis Kembali Gugur dalam Memerangi Covid-19 di Makasar

Pada 1875, nyonya dermawan yang tidak diketahui namanya menyumbangkan sebidang tanah senilai 1.000 gulden dan memberikan 1.000 gulden lainnya untuk membangun sebuah gereja. Akan tetapi, bangunan ini berubah fungsi menjadi sekolah.

Kemudian Pada 1887 seorang Tionghoa kaya raya bernama Tjan Hiang Eng memberikan sebuah gedung baru untuk dijadikan gereja. Gedung ini resmi dipakai pada 22 juli 1888.

Sejak saat itu, gedung tersebut menjadi tempat pertemuan secara teratur jemaat Tionghoa. Setelah dua puluh tahun dipakai, gedung gereja dirobohkan untuk dibangun kembali. Bangunan baru diresmikan tahun 1912 dan masih dipakai sebagai Gereja Kristen Indonesia hingga sekarang.

Baca Juga: Risma Akan Hapus Semua Bantuan Tunai dengan Sistem Bansos Seperti Ini

Sejak berdiri 126 tahun lalu, tidak banyak perubahan atau renovasi yang dilakukan oleh pihak gereja selain mengecat ulang atau menambal bagian bangunan yang retak.

Sebuah mimbar yang usianya hampir sama dengan bangunan gereja juga masih dipertahankan. Sayangnya, belum ditemukan informasi mengenai perancang bangunan bergaya Eropa tersebut.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Kerahkan 1.558 Personil Amankan Gereja di Jakarta

Kini di samping gereja, telah berdiri bangunan baru yang difungsikan sebagai gedung pertemuan.***

Editor: Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x