Robert Geoffrey Edwards, Ilmuan Inggris Penemu Bayi Tabung

- 25 Desember 2020, 15:31 WIB
Robert Geoffrey Edwards, bersama Louise Joy Brown, bayi tabung pertama di dunia
Robert Geoffrey Edwards, bersama Louise Joy Brown, bayi tabung pertama di dunia /britannica.com

 

Cianjurpedia.com - Pasangan suami istri John dan Lesley Brown akhirnya bisa menimang bayi setelah menanti kehadiran seorang anak selama hampir satu dekade. Pada 25 Juli 1978 di Rumah sakit di Oldham, Inggris, lahir bayi perempuan mereka yang diberi nama Louise Joy Brown.

Louise bukan anak selebritis, raja, atau keluarga bangsawan, tetapi kelahirannya dianggap momen istimewa karena ia merupakan bayi tabung pertama di dunia.

Salah satu orang yang mendapat ucapan terima kasih dari John dan Lesley adalah Robert Edwards, ahli fisiologi dan pionir di bidang pengobatan reproduksi.

Baca Juga: Menristek Sebut Varian Baru Covid-19 Belum Menyebar di Indonesia, Namun Harus Tetap Waspada

Setelah melalui serangkaian penelitian, Edwards berhasil melakukan proses pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh sang ibu. Proses yang disebut in vitro vertilization (IVF) itu kemudian menjadi solusi bagi para perempuan yang sulit hamil. Di Indonesia, IVF lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung.

Butuh waktu bertahun-tahun bagi Edwards dan koleganya Patrick Steptoe untuk mencapai apa yang mereka ingingkan. Pertengahan tahun 1970an, merupakan masa-masa sulit bagi kedua ilmuan asal Inggris itu.

Dari sejumlah percobaannya, tak ada satu pasien pun yang berhasil hamil. Pada 1975, setelah empat tahun terus mengalami kegagalan, percobaan Edwards dan Steptoe nyaris membuahkan hasil.

Baca Juga: Sebanyak 174.678 Kendaraan Tinggalkan Jakarta Jelang Hari Natal

Pasien mereka pun hamil. Akan tetapi sialnya, ovum di tubuh sang pasien hanya bertahan di saluran indung telur dan tidak memasuki rahim. Untuk kesekian kalinya, Robert Edwards gagal lagi.

Dua tahun setelah itu, masih belum ada hasil yang menggembirakan, hingga datang pasien Edwards yang kesekian, Lesley Brown. Lesley yang saluran indung telurnya tersumbat sebenarnya sudah putus asa, dia bahkan merelakan suaminya untuk mencari istri lain.

Lesley juga tak  terlalu berharap banyak pada solusi medis yang ditawarkan Edwards dan Steptoe. Menurutnya, bagaimana mungkin kedua ilmuan gagal itu bisa membuatnya mengandung. Namun, Lesley dan John Brown tetap mencoba.

Baca Juga: Tes Antigen di Bandara Soekarno-Hatta Kini Lebih Mudah, Bisa Daftar Pre-Order

Pada 10 November 1977, Steptoe mengambil sel telur pada ovarium Lesley. Dua hari kemudian, Steptoe mendapati sel telur Lesley sudah berada di sel embrio dan sel telur tersebut lalu diimplan ke dalam rahim Lesley.

Selang satu bulan, Lesley pun hamil. Tidak hanya pasangan suami istri itu yang bahagia, Edwards dan Steptoe pun ikut girang, percobaannya sukses. Semenjak kelahiran Louise Joy Brown, hingga tahun 2013 lalu diperkirakan sudah lebih dari empat juta bayi lahir melalui proses bayi tabung.

Terobosan medis yang dihasilkan Edwards dan Steptoe dianggap sebagai peletak dasar bagi inovasi medis lainnya seperti injeksi sperma intra-sitoplasma, diagnosis genetik pra-implantasi, dan penelitian mengenai sel punca, sel induk, serta sel batang.

Baca Juga: Catatan Menarik Jose Mourinho di Piala Liga Inggris

Pencapaian Edwards juga mengantarnya meraih berbagai penghargaan, diantaranya Doktor Honoris Causa di Universitas Valencia, Spanyol (1994), 100 orang paling genius di dunia oleh surat kabar The Daily Telegraph (2007), dan Doktor Kehormatan di Universitas Huddersfield, Inggris (2007). Edwards juga dianugerahi gelar Ksatria (Sir) oleh kerajaan Inggris pada 2011.

Robert Edwards memulai penelitiannya pada akhir 1950an bersama seorang peneliti perempuan, Ruth Fowler yang kelak dinikahinya pada 1956. Kala itu, Edwards dan Ruth menggunakan tikus sebagai objek percobaannya.

Mereka menemukan bahwa sel telur yang diambil dari ovarium tikus dapat dimatangkan di luar tubuh sang tikus betina. Kemudian sel telur tersebut bisa dimasukkan kembali ke rahim tikus dan menjalani proses reproduksi secara normal.

Baca Juga: Selain Corona Inggris, Peneliti Menemukan Dua Varian Baru Virus Corona di Afrika yang Lebih Menular

Hal tersebut yang mendasari keyakinan Edwards bahwa percobaannya terhadap hewan itu bisa dilakukan juga kepada manusia.

Edwards lahir pada 27 September 1925 di sebuah desa bernama Batley, di Yorkshire Inggris. Pria berkacamata itu merupakan satu dari dua ilmuan besar yang lahir di Batley.

Sebelumnya, ada Joseph Priestley yang lahir pada 1733, seorang kimiawan peneliti oksigen. Edwards mengenyam pendidikan dasar di Henry Box School, sekolah tua yang dibangun pada 1606. Dia kemudian melanjutkan ke sekolah menengah di Manchester Central High Shool.

Setelah menjalani wajib militer pada perang dunia dua, Edwards melanjutkan studi biologinya di Universitas Bangor. Setahun sebelum pernikahannya dengan Ruth, Edwards meraih gelar PhD di Institute of Animal Genetics and Embryology, Universitas Edinburgh.

Baca Juga: Pelaku Ganjal ATM Diringkus Polisi Saat Sedang Melakukan Aksi Pencurian

Robert Edwards, meninggal pada 10 April 2013 di usianya yang ke-87. Tiga tahun sebelumnya, Edwards dianugerahi hadiah Nobel di bidang kedokteran atas penemuan in vitro vertilization-nya.

Sayangnya kala itu, Edwards tidak mengerti bahwa dirinya mendapat penghargaan tertinggi atas kontribusinya terhadap kemaslahatan umat manusia. Penyakit demensia yang dideritanya membuat fungsi otaknya menurun, Edwards telah pikun.***

Editor: Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah