Ingat Reply 1988, Inilah Perbedaan Budaya Supermarket di Korea Selatan dan Indonesia

6 Desember 2022, 07:52 WIB
Ilustrasi Supermarket. Ingat Reply 1988, Inilah Perbedaan Budaya Supermarket di Korea Selatan dan Indonesia, Gina: Banyak Ajumma yang Menjadi Karyawan, Kerjanya Serba Cepat! //PIXABAY/Squirrel_photos/

 

Cianjurpedia - Jika pernah menonton serial drama Korea, Reply 1988, pasti hafal ada tokoh ibu yang sepanjang kariernya bekerja sebagai agen asuransi, lalu ketika pensiun memutuskan untuk bekerja sebagai kasir di minimarket demi mengisi kegiatan. 

Padahal usia ibu tersebut sudah tidak lagi muda. Namun, ternyata hal itu benar-benar terjadi di Korea Selatan. Ada beberapa perbedaan yang menarik antara supermarket di Indonesia dengan Negeri Ginseng ini.

Dalam tayangan kanal YouTube Kimbab Family pada 23 November 2022, Gina Selvina dan Yeon Jay membahas perbedaan supermarket di Korea Selatan dan Indonesia.

Baca Juga: Tindakan Membungkuk dan Pentingnya dalam industri Kpop: Beberapa Idol mendapat masalah karena tidak Membungkuk

Banyak Karyawan Wanita Usia Paruh Baya

Karyawan supermarket di Korea Selatan didominasi wanita usia paruh baya, atau sering disebut ajumma. Bahkan banyak lowongan pekerjaan supermarket yang memang mencari karyawan wanita usia paruh baya.

Namun walau tak lagi muda, para ajumma ini tak kalah gesit dengan juniornya. Mereka mampu bekerja dengan cepat dan melakukan pekerjaan berat seperti mengangkut barang atau menata rak supermarket.

Hal tersebut karena anak muda di Korea Selatan banyak yang lebih memilih untuk mempersiapkan diri untuk menjadi karyawan kantoran atau profesional di bidangnya.

Berbeda dengan di Indonesia, lowongan karyawan supermarket biasanya dibuka untuk anak muda atau fresh graduate dengan batas usia di bawah 25-30 tahun.

Harus Serba Cepat dan Gesit

Supermarket di Korea memiliki karakter karyawan yang bekerja dengan serba cepat, terutama kasir. Hal ini membuat para konsumen juga harus bergerak cepat saat sedang berada di meja kasir.

Saat sudah berada di kasir, konsumen harus sudah menyiapkan tas belanja, kartu/alat pembayaran, dan memindahkan barang belanjaan dari keranjang ke mesin conveyor belt di atas meja kasir, lalu lanjut memasukkannya ke dalam tas dengan cepat.

“Kalau kita lama, biasanya kasir dan orang yang antri belakang akan menunjukkan ekspresi muka atau gestur tubuh sedang kesal,” ucap Gina.

Kasir yang bertugas pun hanya satu orang, tidak ada karyawan lain yang membantu memasukkan barang belanjaan ke dalam tas.

Ukuran meja kasir di Korea Selatan pun umumnya jauh lebih besar dibandingkan di Indonesia, sehingga memungkinkan konsumen menaruh barang dalam jumlah banyak sekaligus.

Tidak Disediakan Kantong Plastik Gratis

Demi mengurangi jumlah sampah plastik, berbagai negara di dunia sudah melarang penggunaan kantong plastik di supermarket atau pusat perbelanjaan, begitu pun di Korea Selatan dan Indonesia. Namun di Indonesia, aturan ini belum sepenuhnya berlaku dan kebanyakan diterapkan di kota-kota besar.

Supermarket di Korea Selatan mengganti kantong plastik dengan tas belanja yang dapat dipakai berulang kali dan dikembalikan ke supermarket. Harga tas ini sekitar 500 Won atau sekitar Rp6.000. Jika tas ini dikembalikan, maka supermarket pun akan mengembalikan uang seharga tas belanja.

Pilihan lainnya adalah membeli kantong plastik sampah yang ramah lingkungan. Kantong plastik ini dijual seharga 700 Won atau sekitar Rp8.300. Kantong plastik ini bisa dipakai kembali untuk membuang sampah yang tidak bisa didaur ulang.

Baca Juga: Tips Penting Saat Berkencan dari Ryu Joon Yeol Kepada Penggemar, Simak Saran dari Pacar Hyeri Girls Day Ini

Pembayaran Serba Cashless

Kebanyakan supermarket di Korea Selatan hanya menerima transaksi cashless dengan berbagai metode pembayaran. Bahkan pembayaran dengan uang tunai di supermarket besar Korea Selatan hanya sekitar 6 persen saja.

Hal ini sangat kontras dengan pasar tradisional di Korea Selatan yang 90 persen menerapkan pembayaran dengan uang tunai.

Kasir dengan Metode Self Checkout

Sudah banyak kasir dengan metode self-checkouts (SCOs) atau assisted checkouts (ACOs) di Korea Selatan. Beberapa supermarket besar di Indonesia pun sudah melakukan metode serupa namun jumlahnya masih sedikit.

Metode ini menggantikan peran karyawan sebagai petugas kasir, sebagai gantinya para konsumen harus melakukan proses scanning mandiri barang belanjaan di meja kasir dengan mesin yang tersedia.

Biasanya akan tetap ada karyawan yang bertugas membimbing konsumen yang mengalami kendala. Karyawan ini pun mengawasi barang-barang yang membutuhkan pemeriksaan, seperti barang yang tidak boleh dibeli oleh anak di bawah umur (minuman alkohol, rokok, dan lainnya).

Selain kemajuan teknologi, metode ini membantu supermarket lebih menghemat pengeluaran karena tidak harus memiliki banyak karyawan.

Baca Juga: Lee Jong Suk Ungkap Tipe Ideal Wanita yang Akan Diajaknya Menikah, Apakah Kamu Ada Dalam Kriterianya?

Berbelanja dalam Jumlah Besar

Kebanyakan orang di Korea Selatan senang berbelanja dalam jumlah besar karena akan lebih hemat. Barang yang dijual pun jauh lebih murah jika dibeli dalam kemasan yang berisi banyak. Sama halnya di Indonesia, barang yang dijual secara grosir pun biasanya lebih murah daripada satuan.

Gina dan Jay juga menjelaskan jenis-jenis supermarket di Korea Selatan.

Hampir sama dengan Indonesia, di Korea Selatan pun terdapat supermarket besar yang menjual berbagai keperluan rumah dan kebutuhan sehari-hari, supermarket ukuran menengah yang hanya menjual makanan dan minuman, supermarket milik perorangan, dan minimarket.

Siapa sangka, di Korea Selatan pun masih ada toko-toko kecil yang di Indonesia biasa disebut warung. Namun, toko dengan konsep warung sudah sangat jarang ditemui di Korea Selatan, terutama di kota besar.

“Orang-orang lebih suka ke supermarket besar karena harga barangnya jadi lebih murah,” kata Yeon Jay di akhir video.***

 

 
Editor: Mayang Ayu Lestari

Sumber: YouTube Kimbab Family

Tags

Terkini

Terpopuler