Menurut Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini, jawabannya cukup sederhana, karena Indonesia belum memiliki cukup data tentang kemanjuran vaksin Sinovac pada lansia.
Relawan Uji Klinis III untuk Sinovac di Bandung hanya melibatkan orang-orang yang berusia 18-59 tahun. Sementara data uji Sinovac untuk lansia masih harus menunggu laporan interim dari negara lain.
Baca Juga: Kocak, Lee Min Ho Dipanggil Ibunya saat Lee Seung Gi Lakukan Panggilan Video Ajak Kolaborasi
Berbeda dengan negara Inggris dan Amerika Serikat yang sudah jelas. Kedua negara tersebut menggunkan vaksin Pfizer BioNTech yang memang sudah teruji berkhasiat pada semua usia. Termasuk untuk lansia dan anak-anak.
"Kita lihat saja bagaimana efeknya nanti pada tiap negara—dengan strategi masing-masing," lanjutnya.
"Saya rasa, apa yang dilakukan Indonesia juga ada baiknya. Asumsinya, orang dewasa usia kerja itu kan pastinya lebih muda, lebih aktif dan punya mobilitas tinggi. Sehingga, strategi tersebut diharapkan mengurangi penularan lebih cepat ketimbang vaksinasi lansia lebih dulu," tutup Prof. Beri di akhir cuitannya.
Baca Juga: Program Bantuan Kuota Internet Gratis dari Kemendikbud Tetap Dilanjutkan di Tahun 2021
Hal senada juga disampaikan Kepala BPOM Penny Lukito. Ia menyebutkan bahwa saat ini Uji Klinis Fase II khusus untuk lansia tengah dilakukan. Vaksin tersebut merupakan Sinovac yang berasal dari China.
"Vaksin ini sekarang sedang dilakukan fase dua untuk lansia. Kita menunggu data tersebut yang sedang dilakukan di Brazil dan di China sendiri, ada fase 2," kata Penny dalam konferensi pers virtual, Rabu, 30 Desember 2020.
Penny juga mengatakan apabila telah menerima hasil Uji Klinis Fase II dan III dari kedua negara tersebut, selanjutnya BPOM akan melakukan analisis sendiri.