Cianjurpedia.com - Progres pembangunan kereta ringan atau Light Rail Transit/Lintas Rel Terpadu (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek), sudah mencapai 88,93 persen per bulan Januari 2023.
Namun, berbagai aspek pendukung akan terus disempurnakan demi kelancaran operasional LRT Jabodebek yang direncanakan mulai beroperasi pada Juli 2023 mendatang.
Pembangunan LRT Jabodebek merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengejar ketertinggalan sistem transportasi massal di wilayah Jabodetabek. Selain LRT, ada pula Mass Rapid Transit/Moda Raya Terpadu (MRT) yang sudah beroperasi sejak Maret 2019.
Bagi orang awam, sekilas kedua transportasi ini tampak serupa. Walau sama-sama menggunakan rel dengan lebar 1.067 mm, namun ternyata baik MRT maupun LRT memiliki banyak perbedaan.
Baca Juga: KAI Akan Operasikan LRT Jabodebek Juli 2023, Berikut Daftar Stasiun dan Persiapannya
Salah satunya sumber daya listrik yang digunakan untuk menggerakkan kereta. MRT mengambil daya dari listrik di atas kereta atau disebut Listrik Aliran Atas (LAA), sama halnya dengan KRL. Sementara LRT mengambil daya listrik dari bawah atau Listrik Aliran Bawah (LAB).
Selain itu, MRT menggunakan sepasang rel untuk bergerak, sama halnya seperti kebanyakan kereta api di Indonesia. Sedangkan LRT memiliki rel ketiga yang berisi aliran listrik atau disebut third rail, karena menggunakan LAB. Sesuatu hal yang baru di Indonesia.
Melansir dari ANTARA, berikut adalah perbedaan lainnya dari MRT dan LRT: