Prancis bisa menciptakan sejarah jika berhasil memenangkan gelar juara World Cup selama dua kali berturut-turut. Menyamakan posisi dengan Italia (pemenang World Cup 1934 dan 1938) dan Brasil (pemenang World Cup 1958 dan 1962).
Sepanjang sejarah World Cup, beberapa kapten tim memiliki kesempatan untuk mengangkat trofi dua kali. Namun akhirnya gagal, baik karena timnya kalah maupun kehilangan ban kapten.
Contohnya bek tengah Brasil asal Italia, Hilderaldo Bellini. Ia adalah kapten saat Seleção memenangkan World Cup 1958 di Swedia. Empat tahun kemudian, Bellini dipanggil lagi untuk World Cup 1962 di Chili, tetapi berakhir di bangku cadangan.
Nasib yang sama dialami gelandang bertahan Brasil, Carlos Caetano Bledorn Verri atau lebih dikenal sebagai Dunga. Ia berencana mengangkat trofi World Cup dua kali beturut-turut, setelah timnya menjadi juara World Cup 1994.
Akan tetapi, tuan rumah Prancis mengagalkan rencana Dunga. Kemenangan telak 3-0 di final World Cup 1998 membuat Les Bleus menjadi juara dunia untuk pertama kalinya.
Sensasi itu juga dialami oleh Diego Maradona. Setelah penampilan sensasionalnya di World Cup 1986, legenda Argentina itu mencapai final lagi di World Cup 1990.
Namun, Jerman membalaskan dendam pada Argentina hingga menggagalkan Maradona mengangkat trofi World Cup dua kali berturut-turut.
Legenda Italia, Giuseppe Meazza, merupakan satu dari empat pemain yang merasakan kemenangan World Cup dua kali berturut-turut. Italia menjadi juara pada tahun 1934 dan 1938. Meazza menjadi starter di kedua final, tetapi hanya menjadi kapten di final kedua. Empat tahun sebelumnya, ban kapten dimiliki kiper Giampiero Combi.
Mampukah Hugo Lloris mencetak sejarah baru? Jawabannya ada dalam final World Cup 2022 nanti malam.***