Kawasan Jalan Pungkur Bandung dengan Ragam Historinya

4 Desember 2020, 15:05 WIB
Kawasan Jalan Pungkur Bandung /Google Street View Mei 2019

 

Cianjurpedia.com - Pendopo Kota Bandung yang terletak di depan Alun-alun Kota Bandung atau tepatnya di Jalan Dalem Kaum No. 56 Kota Bandung mulanya merupakan kantor Bupati Bandung pada tahun 1812. Di belakang area Pendopo ini terdapat kawasan yang dikenal dengan Jalan Pungkur.

Jalan yang sejak zaman Belanda dinamakan “Pungkur Weg” itu dalam bahasa Sunda memiliki arti belakang. Sesuai artinya, para tokoh di kawasan tersebut pun beranggapan nama Pungkur digunakan sebab jalannya tepat berada di belakang Pendopo.

Tak seperti kawasan Braga yang penuh dengan bangunan peninggalan zaman Hindia Belanda. Namun, di kawasan ini terdapat beragam histori mengenai tokoh-tokoh yang telah berkontribusi banyak kepada revolusi di Indonesia serta beberapa tempat yang menjadi saksi peristiwa heroik pada saat itu. Tokoh-tokoh bersejarah yang pernah tinggal di sekitar kawasan Pungkur di antaranya adalah R.M.P. Sostrokartono dan Abdul Muis.

Baca Juga: Gedung Eks. Pabrik Roti Ellenbroek di Bandung, Toko Roti Terkenal era 1930-an

R.M.P. Sosrokartono adalah kakak kandung R.A. Kartini yang pernah menjadi wartawan Perang Dunia I pertama asal Indonesia untuk sebuah koran bergengsi di Amerika, The New York Herald Tribune. Selain dikenal jenius dan sukses dalam bidang akademis, ia juga tersohor dalam ilmu kebatinan.

Zaman dulu, orang-orang yang tinggal di Jalan Pungkur memanggilnya sebagai Dokter Cai atau ada juga yang memanggilnya wonderdokter, Eyang Sosro atau Ndoro Sosro. Sebutan Dokter Cai ini diberikan sebab ia dikenal sebagai orang yang bisa menyembuhkan seseorang hanya dengan segelas air putih yang dibacakan doa. 

Pada 30 April 1930, pengobatan dan pertolongan dengan air putih resmi dilakukan di Darussalam, Jalan Pungkur No. 7 Bandung. Rumah pengobatan Darussalam merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu dengan dinding bambu. Rumah ini memanjang berbentuk huruf L sepanjang Jalan Pungkur. Sayangnya, bangunan ini sudah tidak ada lagi dan sudah berganti menjadi bangunan permanen yang digunakan pertokoan. 

Baca Juga: Gedung Gabungan Pegawai Republik Indonesia (GKPRI), Hasil Rancangan Soekarno

Tokoh lainnya yang tinggal di kawasan Pungkur adalah Abdul Muis. Seorang sastrawan, politikus, dan wartawan ini dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama oleh Presiden RI Soekarno pada 30 Agustus 1959. Bahkan, Jalan Pungkur sempat berganti nama menjadi Jalan Abdul Muis dan namanya pun dipakai untuk sebuah terminal angkot di Kebon Kalapa Bandung, yaitu terminal Abdul Muis.

Namun, sama seperti Sosrokartono, rumah kecil yang pernah ditinggalinya di Jalan Pungkur, tak jauh dari persimpangan Jalan Ciateul sudah tak bisa ditemukan lagi jejaknya. Meskipun tak ada peninggalan bersejarah berupa bangunan dari kedua tokoh tersebut, tapi di Jalan Pungkur kita bisa menemukan satu tempat legendaris yang sudah ada sejak tahun 1950-an, yakni Susu Murni Ijan.

Baca Juga: Braga Permai, Restoran Bernuansa Klasik di Bandung Sejak 1918

Uniknya Susu Murni Ijan ini terletak pada tempat penyimpanan susunya yang menggunakan tahang dari jati yang biasanya dipakai untuk wadah pakan kuda. Antara tahang dan wadah susu, diberi es batu untuk mempertahankan kesegaran susunya.***

Editor: Sutrisno

Tags

Terkini

Terpopuler