Harga Kedelai Melonjak Jadi Kado Pahit Industri Tahu dan Tempe di Awal 2021

- 4 Januari 2021, 22:54 WIB
Pengrajin Tempe di Bogor
Pengrajin Tempe di Bogor /ARIF FIRMANSYAH

Cianjurpedia.com - Kenaikan harga kedelai di sejak beberapa waktu silam memukul para pelaku industri tahu dan tempe. Akibatnya banyak dari mereka memutuskan untuk melakukan mogok produksi. Para pelaku industri tahu dan tempe sangat terbebani dengan adanya kenaikan harga kedelai yang mencapai hampir sebesar 50 persen pada awal tahun 2021 ini.

Terkait hal itu, Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuairina mengatakan bahwa  adanya kenaikan harga kedelai yang hampir mencapai 50 persen menjadi kado pahit bagi industri tahu dan tempe di awal tahun 2021, mengingat di tengah pandemi Covid-19 saat ini daya beli masyarakat menurun.

“Kedelai sebagai bahan baku utama bagi industri tahu dan tempe tentu akan sangat mempengaruhi harga produk tahu dan tempe di masyarakat. Jika harga kedelai naik, maka harga tahu dan tempe di masyarakat juga akan ikut naik. Dengan begitu kenaikan harga kedelai akan menimbulkan efek berganda, mengingat para pelaku UMKM juga menggunakan tahu dan tempe sebagai bahan baku produk makanan yang mereka jual,” ucap Nevi dalam keterangan pers, Senin 4 Januari 2021.

Baca Juga: TNI AL Akan Lapor Kemlu Soal Temuan Drone Bawah Laut  Misterius

Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Nevi memaparkan, impor kedelai sepanjang semester-I 2020 mencapai 1,27 juta ton atau senilai 510,2 juta dollar AS atau sekitar Rp7,52 triliun (dengan menggunakan kurs Rp14.700). Dari total impor tersebut, sebanyak 1,14 juta ton di antaranya berasal dari AS.

Menurut Nevi, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, khususnya pada pasal 54 ayat (3), memberikan wewenang bagi Pemerintah untuk membatasi impor barang dengan alasan untuk membangun, mempercepat, dan melindungi industri tertentu di dalam negeri, atau untuk menjaga neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan.

“Pada tahun 1992 Indonesia pernah melakukan swasembada kedelai, saat itu produksi dari petani kedelai Indonesia mencapai 1,8 juta ton per tahun. Ini ada peluang bagi pemerintah untuk mengoptimalkan kedelai dalam negeri, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani," ujar politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Baca Juga: Ustaz Abu Bakar Ba’asyir Bebas, Polri Akan Pantau Pergerakannya

Nevi mengatakan faktor penyebab kenaikan harga kedelai di antaranya adalah meredanya perang dagang antara AS dan China. Indonesia yang sebagian besar kedelainya bergantung pada AS, menjadi terdampak ketika China memborong kedelai AS.

Halaman:

Editor: Cecep Mahmud

Sumber: DPR RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x