Baca Juga: Tiga Hal Agar Puasa Ramadhan Kita Diterima Allah SWT
“Sungguh aku tidak pernah merendahkan kehormatan dan mengubah garis keturunan kalian. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan akhirat itu jauh lebih baik daripada kehidupan dunia fana ini. Wahai putra-putraku, bersabarlah, tabahlah, bertahanlah, dan bertakwalah kepada Allah Swt. Semoga kalian menjadi orang-orang yang beruntung.”
“Dan apabila kalian melihat gendering perang telah ditabuh dan apinya telah berkobar, maka turunlah ke medan perang dan seranglah pusat kekuatan musuh, niscaya kalian akan kemenangan dan kemuliaan di dalam kehidupan yang kekal (akhirat) selama-lamanya.”
Esok harinya keempat putranya pergi berjuang ke medan perang dengan tanpa rasa takut karena diantara mereka jika ada yang ragu atau kurang semangat saudara lainy saling mengingatkan dengan nasihat ibunya.
Namun akhirnya satu per satu putranya berguguran, keempat mujahid kebangaan ibundanya itu pun menjadi syahid di jalan Allah Swt. Saat mendengar kabar tersebut Al-Khansa tidak terlihat kesedihan dari wajahnya.
Baca Juga: Tiga Keutamaan Puasa Ramadhan Yang Perlu Kita Kejar
Dia tidak mengeluarkan umpatan dan sumpah serapah serta tidak menampar wajah atau merobek pakainnya yang biasa dilakukan wanita jahiliyah untuk meluapakan kesedihan.
Al-Khansa’ hanya bersyukur atas takdir Allah Swt, karena memang inilah yang diharapkan olehnya dari keempat putranya yang pemberani itu. Selai itu dengan kesabaran hatinya doa pun tercetus dari mulutnya “Segala puji bagi Allah yang telah memberiku kemuliaan dengan kematian mereka (putra-putranya). Sungguh aku memohon kepada Allah, agar Dia menghimpunku bersama mereka di tempat yang dipenuhi kasih sayang-Nya (surga).”
Dengan keberanian keempat putranya yang akhirnya syahid di jalan Allah maka Al-Khansa’ pun diberi gelar “Ibunda para Syuhada.”.***