100 Tahun Gedung Sate

14 Desember 2020, 15:25 WIB
Gedung Sate /Instagram/@dudisugandi

Cianjurpedia.com - "Ingat Jabar. Ingat Gedung Sate. Ingat Bandung, ikonnya pasti Gedung Sate. Tak ada yang bisa mengalahkan"

Kalimat tersebut diucapkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam peringatan 100 tahun berdirinya Gedung Sate pada 27 Juli 2020.

Bagi masyarakat Jawa Barat, keberadaan Gedung Sate memberikan kebanggaan tersendiri. Bangunan ini merupakan “aset sejarah” yang dikenal tidak hanya dalam skala nasional saja, tetapi juga internasional. Hingga kini Gedung Sate masih kokoh berdiri dan menjadi saksi perjalanan pemerintahan Jawa Barat menuju tercapainya masyarakat yang Gemah Ripah Repeh Rapih Kerta Raharja.

Baca Juga: Hotel Preanger, Salah Satu Hotel Tertua di Bandung Sebagai Saksi Bisu Sejarah

Semula, gedung indah ini disebut Gedung Hebe, yang diserap dari singkatan GB atau Gouvernements Bedrijven. Namun sejak tahun 1960-an, masyarakat Bandung dan sekitarnya memberi nama Gedung Sate. Sebutan ini terus dipakai hingga sekarang.

Alasannya, tak lain karena di puncak menara gedung terdapat tusuk sate dengan enam buah ornamen berbentuk jambu air. Konon, keenam ornamen tersebut melambangkan modal awal pembangunan pusat pemerintahan sebesar enam juta gulden. Tusuk sate yang tertancap di puncak bangunan ini semakin menguatkan ciri khasnya.

Baca Juga: Pasar Baru, Pasar Tertua di Bandung

Gedung Sate dibangun pada tahun 1920 dengan arsitek Ir. J. Berger. Bangunan ini menempati lahan seluas 27.990.859 meter persegi dengan luas bangunan sebesar 10.877.734 meter persegi.

Setelah sekian lama menjadi pusat kegiatan Jawatan Pekerjaan Umum, tahun 1982 Gedung Sate beralih fungsi menjadi pusat pemerintahan Jawa Barat. Semenjak itu pula Gedung Sate memiliki sebutan baru, yakni “Kantor Gubernur”. Ruang kerja Gubernur dan wakilnya terletak di lantai dua. Ruangan ini dibangun pada tahun 1989 dan hingga kini lebih dikenal dengan sebutan “Gedung Baru”.

Baca Juga: Kebun Raya Cibodas

Gedung Sate berbentuk bangunan persegi panjang, membentang dari Selatan ke Utara, dan bersumbu lurus ke tengah-tengah Gunung Tangkubanparahu. Sayap timur Gedung Sate ditempati oleh Kantor Pusat Pos dan Giro yang pada tempo dulu disebut PTT. Sedangkan bangunan tambahan pada sayap barat, merupakan Gedung DPRD Propinsi Jawa Barat yang baru dibangun sejak tahun 1977.

Di bagian timur dan barat Gedung Sate terdapat dua ruangan besar yang mengingatkan pada ruang dansa (ballroom) yang sering terdapat pada bangunan Eropa. Kedua ruangan ini, masing-masing diperindah dengan dua buah lampu gantung yang indah.

Baca Juga: Gedung Landmark Bandung, Dulu dan Sekarang Memberikan Manfaat Bagi Banyak Orang

Tidak diketahui jelas, kedua ruangan besar ini digunakan untuk kegiatan apa pada masa kolonial Belanda. Namun, sejak menjadi pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat, keduanya dikenal dengan sebutan Aula Barat dan Aula Timur. Tempat ini sering digunakan untuk berbagai kegiatan atau acara resmi. Di sekeliling kedua aula ini terdapat ruangan-ruangan yang ditempati beberapa biro beserta stafnya.

Di lantai paling atas Gedung Sate terdapat menara yang tidak dapat dilihat langsung dari bawah. Untuk menuju bangunan teratas di gedung ini dapat menaiki tangga kayu atau menggunakan lift. Terdapat enam tangga yang harus dinaiki, dengan masing-masing 10 anak tangga. Sementara  lift baru dibangun pada tahun 1998.

Baca Juga: Gereja Bethel, Gereja Protestan Tertua di Kota Bandung

Di puncak menara gedung pengunjung dapat melihat suasana apik tempat dipamerkannya hasil-hasil pembangunan di Jawa Barat. Menara ini dilengkapi juga dengan teras kopi. Ruangan ini dirancang sedemikian rupa seperti layaknya cafe-cafe terkenal di Kota Paris. Dari sini pengunjung dapat merasakan udara Kota Bandung dengan pemandangan Lapangan Gasibu, Monumen Perjuangan Jawa Barat yang bersumbu lurus dengan Gunung Tangkubanparahu, dan pemandangan sekitar Kota Bandung lainnya.

Salah satu penunjang keindahan Gedung Sate lainnya adalah taman di sekelilingnya yang terpelihara dengan baik. Taman ini sering menjadi lokasi kegiatan bernuansakan kekeluargaan, lokasi shooting video klip, lokasi foto keluarga atau foto diri bahkan foto pasangan pengantin.

Baca Juga: Gedung Bioskop Dian Bandung Riwayatmu Kini

Pada hari-hari biasa, selain hari libur, banyak pelajar atau mahasiswa yang berkunjung untuk memperoleh informasi mengenai Gedung Sate. Setiap minggunya pengunjung yang datang berasal dari 20 institusi yang berbeda. Khusus di hari Minggu, lingkungan halaman Gedung Sate dijadikan pilihan tempat sebagian besar masyarakat untuk bersantai bersama keluarga. Sekedar duduk menikmati udara pagi atau berolahraga ringan.

Baca Juga: SMP Negeri 2 Bandung Didirikan Sejak Tahun 1913

***
Tak ada acara khusus untuk memperingati 100 Tahun Gedung Sate karena sedang dalam pandemi COVID-19. Sejumlah rencana yang telah disusun dibatalkan. 

Kendati begitu, Kang Emil menyatakan, peringatan 100 Tahun Gedung Sate tetap terlaksana dengan merawat dan menjaganya. Perbaikan fasilitas Gedung Sate di berbagai sudut menjadi bukti.  

Baca Juga: Eks. Restoran Indischetafel Bandung, Bangunan Bergaya Arsitektur Romantik Klasik

Salah satunya pemasangan pilar-pilar yang menggambarkan bahwa Gedung Sate milik warga Jabar. Selain itu, pemasangan pilar dapat menggerakkan ekonomi Jabar yang sempat terpukul pandemi COVID-19.*** 

Editor: Sutrisno

Tags

Terkini

Terpopuler