Namun lain lagi dengan pindang gunung ala Desa Sukamulya. Pindang gunung di desa ini menggunakan daging (ayam,sapi atau kambing) sebagai bahan utama sop.
Sari salah satu warga Desa Sukamulya menuturkan, pindang gunung ala desa ini bisa juga berbahan dasar sayuran dari seperti pucuk kelapa (humbut kelapa), tangkal taleus (pohon talas), jamur dan batang pohon pisang kole bagian dalam.
Meskipun memiliki keragaman dalam hal bahan utama, namun untuk bumbu rempah pindang gunung tidak ada perbedaan. Misalnya, masih menggunakan buah honje atau kecombrang dan daun kedongdong sebagai cita rasa khas pindang gunung.
Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Manchester City Bantai Arsenal 5-0 dan Liverpool vs CheIsea Imbang 1-1
Lebih lanjut Sari menambahkan, perbedaan pindang gunung justru terletak pada proses pengolahannya. Jika menggunakan bahan dasar daging, tentu perlu direbus lebih lama agar daging lebih empuk.
Selanjutnya pada rebusan kedua, untuk menghilangkan bau amis dagingnya ditambahkan salam, sereh, lengkuas. Beda lagi dengan pengolahan pindang gunung berbahan dasar sayuran, di sini lengkuas tidak digunakan.
Menariknya lagi, di Sukamulya perangkat masak yang digunakan dalam membuat pindang gunung masih mempertahankan teknologi tradisional, yaitu hawu dan wajan berbahan dasar tanah liat.
Menurut Sari, penggunaan tungku tradisional (hawu) dengan kayu bakar memberikan aroma yang khas pada pindang gunung. Selain itu wajan berbahan dasar tanah liat juga mampu memberikan cita rasa yang unik.
Di kesempatan yang sama, Dede Arief, penggiat budaya dari Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi, menjelaskan bahwa keragamaan bahan dasar pindang gunung, salah satunya disebabkan karena perbedaan alam tempat dimana masyarakat tinggal.