Hebatnya, saat Rudy Hartono menyabet gelar tersebut saat itu usianya masih 18 tahun, dan menjadi juara termuda pada kejuaraan All England.
Dari situlah kemudian Rudy Hartono menunjukkan prestasi gemilangnya dengan terus memenangkan gelar juara tunggal putra pada enam gelaran berikutnya di turnamen All England secara berturut-turut.
Pada periode tersebut, Rudy berhasil mengalahkan sejumlah nama besar atlet bulutangkis seperti Svend Pri asal Denmark dan Christian Hadinata asal Indonesia.
Namun, setelah berhasil mempertahankan gelar juaranya pada turnamen All England tersebut, pada tahun 1975 Rudy harus menerima kekalahannya saat bertanding dengan musuh bebuyutannya, yaitu Svend Pri.
Kemudian, pada tahun berikutnya Rudy berhasil menggenapkan kemenangannya menjadi delapan kali pada tahun 1976, usai dirinya berhasil mengalahkan Liem Swie King pada turnamen All England.
Selama kariernya di All England, Rudy berhasil meraih gelar juara sebanyak delapan kali, dan menjadi runner-up sebanyak dua kali.
Rekor Rudy pada kejuaraan All England tersebut, hingga saat ini belum ada yang berhasil mengalahkannya. Prestasi itulah yang akhirnya membuat nama Rudy Hartono dicatat pada Guinness Book of Record.
Senjata Rudy Hartono saat sedang bertanding salah satunya adalah pergerakannya yang lincah dan cepat, dan pergerakan tersebut bahkan tidak dikalahkan oleh lawan-lawannya.