Sejarah Piala Sudirman, Mengenang Bapak Bulu Tangkis Indonesia Melalui Turnamen Internasional Bergengsi

19 Mei 2023, 08:17 WIB
Ilustrasi Piala Sudirman. Sejarah Piala Sudirman, Mengenang Bapak Bulu Tangkis Indonesia Melalui Turnamen Internasional Bergengsi /BWF

 

Cianjurpedia.com - Piala Sudirman merupakan turnamen badminton bergengsi yang banyak dinantikan para atlet dunia. Tahun ini, digelar selama delapan hari yaitu pada 14-21 Mei 2023, di Suzhou, China.

 

Jika melihat dari nama turnamennya, “Sudirman”, sangat Indonesia sekali. Lantas mengapa gelaran badminton bergengsi ini diberi nama PIala Sudirman? Cianjurpedia akan mengulas sedikit sejarahnya.

Dick Sudirman adalah seorang pemain sekaligus tokoh bulu tangkis Indonesia yang lahir pada 29 April 1922 dan wafat pada 10 Juni 1986, dalam usia 64 tahun. Beliau merupakan salah satu pendiri sekaligus presiden PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) selama 22 tahun, yaitu pada 1952-1963 dan 1967-1981.

Berkat perhatiannya terhadap bulu tangkis, Sudirman sangat dihormati di seluruh dunia sebagai administrator PBSI dan wakil presiden Federasi Bulutangkis Internasional atau IBF (sekarang BWF), pada tahun 1975. 

Teman lamanya yang merupakan wakil presiden PBSI, Suharso Suhandinata, menulis surat kepada Presiden IBF saat itu, Arthur Jones, mengenai kontribusi Sudirman selama hidupnya untuk dunia bulu tangkis.

Baca Juga: Jadwal Acara iNews Hari Ini, Jumat 19 Mei 2023, Live Piala Sudirman 2023 Perempat Final Indonesia vs China

Dalam surat tertanggal Agustus 1986 itu, Suhandinata, yang sebenarnya mengunjungi Sudirman pada malam sebelum kematiannya, menyarankan agar sebaiknya dimulai sesuatu yang nyata untuk mengenang Sudirman.

Suhandinata pun meminta agar IBF mempertimbangkan usulan Indonesia untuk mengadakan kompetisi atas nama Sudirman. Gagasan tersebut kemudian dibahas pada pertemuan Dewan IBF yang dipimpin oleh Arthur Jones pada 1986.

Dua tahun kemudian pada 1988, IBF mantap untuk mengadakan Kejuaraan Beregu Campuran Dunia dan menerima tawaran piala dari Indonesia. Namun karena agenda kegiatan yang padat, dewan IBF akhirnya menyelenggarakan Piala Sudirman bersamaan dengan kejuaraan dunia.

Sama halnya piala besar lainnya di dunia bulu tangkis, seperti Piala Thomas, Piala Uber, dan Piala Suhandinata, Piala Sudirman adalah karya luar biasa yang menyatukan berbagai elemen bulu tangkis dan warisan budaya Indonesia (sebagai negara penyumbang trofi).

Baca Juga: Hasil Pertandingan Piala Sudirman 2023 Hari Ini, Indonesia Jadi Runner Up Grup B, Kalah 2-3 dari Thailand

Filosofi Mendalam Trofi Piala Sudirman

Piala Sudirman terbuat dari perak padat berlapis emas 22 karat. Tinggi trofi sekitar 80 sentimeter, beralas kayu jati berbentuk segi delapan, melambangkan delapan arah mata angin.

Pada bagian badan berbentuk shuttlecock sebagai tanda cabang olahraga bulu tangkis. Tutupnya merupakan replika Candi Borobudur, dan gagangnya berbentuk seperti benang sari, melambangkan benih bulu tangkis. Terdapat juga ornamen daun sirih sebagai tanda selamat datang. 

 

Kemudian di bagian bawah terukir tulisan Presented to the International Badminton Federation by Badminton Association of Indonesia, Jakarta, May 1989, sebagai bukti bahwa piala berasal dari PBSI. Pada alas trofi terukir negara-negara yang memenangkan Piala Sudirman pada tiap penyelenggaraannya.

Trofi Piala Sudirman dibuat oleh Perusahaan Masterix Bandung dengan biaya USD15.000 saat diserahkan kepada IBF pada Mei 1989.

Penyelenggaraan Piala Sudirman Pertama

Piala Sudirman pertama kali digelar di Stadion Bung Karno pada 24-29 Mei 1989, dengan jumlah 28 tim peserta. Gelaran pertandingan ini terbukti sangat populer di kalangan para pemain dan penggemar bulu tangkis.

Bahkan pada edisi kedelapan, Piala Sudirman telah menjadi event bulu tangkis yang berdiri sendiri dan ditunggu oleh banyak orang. Acara ini diadakan setiap dua tahun sekali sejak tahun 1989.

Indonesia sebagai tuan rumah memenangkan gelar juara di edisi perdana Piala Sudirman. Korea lalu muncul sebagai juara dalam dua edisi berikutnya, diikuti oleh China yang memenangkan hampir semua edisi, kecuali pada tahun 2003 dan 2017 (dimenangkan oleh Korea).***

 

 
Editor: Mayang Ayu Lestari

Sumber: BWF

Tags

Terkini

Terpopuler